CHE
Pendahuluan


Bila kita ingin melihat bagaimana kemampuan siswa wanita dibandingkan dengan kemampuan siswa pria di SMA dalam bidang studi tertentu, matematika misalnya, kita bisa memperoleh informasi dengan berbagai cara. Pertama, kita mengumpulkan informasi dari SMA di seluruh tanah air bagaimana perbandingan kemampuan mereka. Kedua, kita bisa memperoleh informasi dari nilai-nilai tes matematika yang kita buat untuk seluruh siswa SMA di tanah air. Kemudian membandingkannya. Ketiga, kita kumpulkan nilai-nilai ulangan matematika untuk tahap tertentu (ulangan kenaikan kelas tiga misalnya) dari siswa SMA yang ada di Indonesia, lalu kita membandingkannya. Dan tentunya, masih banyak cara-cara lainnya.

Cara-cara seperti di atas, walaupun hasilnya akan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dalam penelitian jarang dilakukan. Sebabnya ialah penelitian atau cara serupa itu akan lebih memakan waktu, tenaga, dan biaya. Kita bisa memperoleh informasi yang kita ingini, walaupun hasilnya mungkin hanya mendekati saja, dengan cara yang lebih cepat dan hemat, yaitu dengan membandingkan sejumlah kecil saja dari nilai-nilai matematika siswa/siswi SMA di Indonesia. Dengan catatan, sejumlah siswa/siswi SMA itu harus mewakili siswa/siswi SMA Indonesia; siswi SMA dan SISWA SMA yang kita pilih masing-masing mewakili siswi SMA dan siswa SMA di seluruh tanah air. Pada contoh di atas seluruh siswa SMA di Indonesia disebut populasi, sedangkan sebagian kecil yang mewakili seluruh siswa SMA di Indonesia itu disebut sampel.



Populasi


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Banyaknya individu atau elemen yang merupakan anggota populasi disebut sebagai ukuran populasi dan disimbolkan dengan N.

Berdasarkan jumlah anggotanya, populasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni populasi terbatas dan populasi tidak terbatas. Suatu populasi dikatakan terbatas apabila jumlah anggota populasi tersebut diketahui dengan pasti, misal: penduduk kabupaten Sleman, mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta, karyawan perusahaan R, dan sebagainya. Namun jika jumlah anggota suatu populasi tidak dapat diketahui dengan pasti, maka populasi tersebut dinamakan populasi tak terbatas. Misal: botol plastik yang dihasilkan oleh suatu mesin pembuat botol plastik. Selama mesin tersebut tidak rusak, maka secara teoritis mesin tersebut dapat memproduksi botol plastik terus menerus yang tak terhingga jumlahnya.

Sampel

S

ampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi. Sampel (disimbolkan dengan n) selalu mempunyai ukuran yang kecil atau sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuran populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan ngajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.

Pada waktu kita mengumpulkan data, baik dengan wawancara maupun pengamatan, kita melakukannya pada individu-individu atau satuan-satuan yang merupakan elemen populasi yang dinamakan unit analisis. Unit analisis dapat berupa orang, rumah tangga, tanah pertanian, perusahaan dan lain-lain.

Teknik Sampling

T

eknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk dapat menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik macam-macam sampling ditunjukkan pada gambar di bawah.








G.1 Macam- macam Teknik Sampling

Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.

1. PROBABALITY SAMPLING

Probabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling (sampel acak sederhana), proportionate stratified random sampling (sampel acak proporsional berstratifikasi), disproportionate stratified random sampling (sampel acak tak proporsional berstratifikasi), sampling area (cluster) sampling (sampel acak klaster/pengelompokan).

Sampling mana yang akan dipilih antara lain bergantung pada masalah yang dihadapi serta tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu ada lagi pertimbangan-pertimbangan lain mengenai besarnya populasi dan jumlah sampel yang diperlukan, biaya yang tersedia dan kemungkinan serta kemudahan untuk memperoleh sampel itu guna penelitian. Juga mungkin terjadi bahwa apa yang kita rencanakan tentang sampling tak terpenuhi seluruhnya, karena macam-macam faktor. Biasanya seorang mahasiswa sangat terbatas dalam soal keuangan, dalam kemudahan memperoleh sampel yang diinginkan, sedangkan mengenai waktu ia terikat pada peraturan perguruan tingginya.

Sampling yang paling sering dilakukan ialah: (1)random sampling, (2) stratified sampling, dan (3) purposive sampling

a. Simple Random Sampling (Sampling Acak Sederhana)

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam tingkatan itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Lihat gambar 2 berikut.






Flowchart: Connector: Populasi homogen
Flowchart: Connector: Sampel yang representatif

Diambil secara

random

G. 2 Teknik Simple Random Sampling

Kelemahan sampling ini adalah karena sukar, ada kalanya tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan populasi itu, misalnya jumlah anak nakal, orang yang mempunyai telepon, orang buta huruf, orang cacat dan lain sebagainya.

Ciri utama dari random sampling ialah bahwa setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Selain itu kesempatan itu harus independen, artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak mempengaruhi kesempatan unsur-unsur lain untuk dipilih.

Random Sampling dilakukan dengan cara (1) undian, (2) menggunakan tabel, (menggunakan komputer).

b. Proportionate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Proporsional Berstratifikasi)

Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.

Misalnya kita akan meneliti kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila kesimpulannya akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka kita harus mengambil sampel, wakil dari semua tingkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, strata umur, strata kelas, dan sebagainya dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada, kita boleh menggunakan sampel random.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Tak Proporsional Berstratifikasi)

Sampling ini kira-kira sama dengan sampling stratifikasi. Bedanya ialah bahwa proporsi subkategori-kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi. Hal ini dilakukan karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya.

Misalkan kita mengambil populasi tenaga pengajar suatu perguruan tinggi yang terdiri atas 1. Guru besar, 2. Lektor kepala, 3. Lektor, 4. Lektor muda dan 5. Asisten. Sampel dapat diambil secara merata yakni untuk masing-masing kategori 1/5 atau 20 persen. Besar kemungkinan bahwa sampel untuk guru besar terlampau besar, sedangkan sampel untuk asisten atau lektor muda terlampau kecil.

Maka peneliti menentukan sampel atas pertimbangan proporsi yang dianggapnya lebih representatif misalnya:

Guru besar 10%

Lektor Kepala 20%

Lektor 25%

Lektor Muda 25%

Asisten 20%

Dengan sampling yang tak proporsional ini sudah barang tentu selalu ada kategori yang terlampau besar atau terlampau kecil jumlahnya dibandingkan dengan proporsi populasi yang sebenarnya. Bila jumlah sampel cukup besar, maka kepincangan sampling itu dengan sendirinya teratasi.

Sampling serupa ini tidak begitu banyak memakan waktu dibandingkan dengan sampling secara proporsional. Peneliti dengan sengaja memperbesar proporsi kategori yang sangat kecil jumlahnya yakni <>

d. Cluster Sampling (Sampel Daerah/Kelompok) Bila populasi tersebar di suatu daerah seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan sebagainya, maka sampling dapat dilakukan berdasarkan daerah. Pada peta daerah tersebut kita gambar petak-petak. Tiap petak diberi nomor. Dengan sampling acakan dapat ditarik sejumlah nomor yang dijadikan sampel. Semua keluarga atau orang dengan ciri tertentu dalam daerah sampel itu diwawancarai. Bila daerah itu masih terlampau luas, atau terlampau banyak penduduknya, maka peta daerah itu dapat dibagi lagi menjadi petak-petak. Kembali secara sampling acakan dipilih sejumlah sampel. Jika ini masih lagi populasinya terlampau besar, kita masih dapat lagi membaginya dalam petak-petak. Dengan sampling acakan dapat kita memperoleh sampel yang diperlukan. Cara ini dapat dilanjutkan, akan tetapi biasanya sampling bertingkat ini tidak melebihi tiga taraf.

Sampling daerah serupa ini mempunyai beberapa keuntungan: sampling serupa ini sesuai bagi peneliti yang melibatkan populasi yang besar yang tersebar di daerah yang luas. Pelaksanaannya lebih mudah daripada metode sampling lainnya. Biayanya lebih murah pula, karena sampel telah terpusat pada daerah yang terbatas. Biaya transpor jauh lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang tersebar tempat tinggalnya. Generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerah-daerah tertentu dapat diterima dan berlaku bagi daerah-daerah di luar sampel.

Kelemahannya ialah bahwa jumlah individu dalam tiap daerah pilihan tidak sama, misalnya daerah kota dibanding dengan daerah pertanian. Itu sebab cara sampling ini tidak sebaik cara sampling lainnya. Ada pula kemungkinan orang berpindah atau berjalan dari daerah pilihan yang satu ke daerah pilihan yang satu lagi sehingga ia dapat dua kali masuk sampel bila penelitian tidak dilakukan serempak.

2. NON PROBABILITY SAMPLING

Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.

a. Sampling sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100. Lihat gambar 3.

POPULASI



1 11 21 31

2 12 22 32

3 13 23 33

4 14 24 34

5 15 25 35

6 16 26 36

7 17 27 37

8 18 28 38

9 19 29 39

10 20 30 40


SAMPEL

3 24

6 27

9 30

12 33

15 36

18 39

21

Right Arrow: Diambil secara sistematis

G.3 Sampling sistematis. No Populasi kelipatan tiga yang diambil (3, 6, 9, dan seterusnya)

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan, misalnya sejumlah mahasiswa tingkat V dari beberapa universitas tertentu yang bekerja sambil belajar, atau sejumlah guru dalam bidang-bidang studi tertentu yang pernah mendapat penataran itu misalnya untuk meminta pendapat mereka tentang manfaat penataran itu bagi peningkatan mutu pengajaran. Peneliti dapat menentukan bidang studinya serta jumlah guru atau kuota tiap bidang studi yang diinginkannya untuk misalnya diwawancarai.

Sampling itu tidak dapat menyamai sampling dengan stratifikasi yang memperhitungkan ciri-ciri tertentu dan memilih sampel yang representatif dari tiap kategori.

Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang esensial dari populasi, andaikan kita lebih banyak mengenalnya. Oleh sebab sampel itu tidak representatif, maka kesimpulan penelitian ini hanya dapat memberi kesan-kesan yang sangat umum.

c. Sampling Insedental

Sampling Insedental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, misalnya menanyakan siapa saja yang dijumpainya di tengah jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu seperti kenaikan harga, keluarga berencana, peraturan lalu lintas, dan sebagainya. Karena sampel ini sama sekali tidak representatif tentu saja tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi.

Metode ini sangat mudah, murah, dan cepat dilakukan.

d. Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitan yang tidak melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-pertama dipilih satu dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum meraasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 4 berikut. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposif dan Snowball.

...................................................................................................................................................................................................................................................................................

Menentukan Metode Sampling

U

ntuk menentukan metode sampling manakah yang akan dilakukan perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut:

1. Tujuan penelitian. Bila kita ingin mencapai generalisasi yang berlaku bagi keseluruhan populasi, maka perlu kita pakai sampling acakan atau random. Kalau kita bertujuan untuk memperoleh kesan-kesan umum dalam waktu singkat dapat kita gunakan non probability sampling.

2. Pengetahuan tentang populasi. Bila kita tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang populasi, sampling acakan tidak dapat kita laksanakan dengan baik. Pada taraf permulaan kita adakan studi eksploratif dengan non probability sampling, kemudian setelah kita memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang populasi baru kita gunakan sampling acakan.

3. Kesediaan untuk menjadi populasi sebagai sampel. Sering timbul kesulitan untuk mendapatkan kesediaan orang untuk dijadikan sampel.

4. Jumlah biaya yang tersedia untuk penelitian.

5. Besar populasi. Bila populasi sangat besar, sampling daerah yang paling serasi. Bila populasi kecil, ada kemungkinan bagi sampling jenuh atau padat.

6. Fasilitas yang tersedia seperti komputer, kalkulator.

Menentukan Ukuran Sampel

T

idak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan yang kecil.

Sampel yang kecil lebih sedikit makan biaya, lebih mudah diolah akan tetapi mempunyai kesalahan sampel (sampling error) yang lebih besar. Juga kekuatan generalisasinya kecil.

Sebaliknya sampel yang besar, apalagi yang besar sekali, lebih sukar dikendalikan. Pembiyayaannya akan lebih tinggi dan pengumpulan data serta pengolahannya memakan waktu. Akan tetapi generalisasi yang diperoleh akan lebih tinggi kekuatannya. Penelitian berdasarkan sampel yang besar sekali misalnya meliputi 150.000 orang atau lebih, akan lebih mengagumkan orang dan hasilnya dianggap lebih dapat dipercaya daripada penelitian dengan sampel yang kecil.

Namun mutu penelitian tidak terutama ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya serta pengolahannya. Penelitian dengan sampel besar misalnya 100.000 orang, tidak dengan sendirinya akan lebih baik daripada penelitian dengan sampel yang jauh lebih kecil, misalnya 100 orang.

Mengenai jumlah sampel yang sesuai sering disebut aturan sepersepuluh, jadi 10 persen dari jumlah populasi. Jika populasi 1000 orang, maka sampel 100 orang dianggap cukup memadai. Aturan ini tak selalu dipegang teguh. Jika populasi terlampau besar, misalnya meliputi penduduk seluruh Indonesia, maka sampelnya akan jauh lebih kecil dari 10 persen. Dianggap bahwa dengan sampel 1000 orang kita dapat mengambil kesimpulan yang sama efisiensinya dengan sampel yang lebih besar misalnya ratusan ribu atau jutaan.

Dalam survey, seorang peneliti juga tidak menggunakan aturan sepersepuluh ini. Besar kemungkinan ia akan menggunakan seluruh populasi, misalnya semua penerbang suatu perusahaan, sebagai sampelnya, jadi menyimpang dari aturan sepersepuluh itu. Dalam hal peneliti menggunakan sampling dengan stratifikasi ada kalinya ia mengambil jumlah yang cukupbesar, agar subkategorinya jangan sampai ada yang kosong atau terlampau sedikit unsurnya. Diharapkan agar subkategori setidaknya mempunyai 10 anggota.

Jumlah sampel juga banyak bergantung pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas, dan waktu yang tersedia, juga populasi yang ada atau bersedia dijadikan sampel, tujuan penelitian, apakah mengetes teori atau mengambil generalisasi.

Kesimpulan

S

ampel harus representatif, artinya mewakili populasi agar dapat diambil kesimpulan berupa generalisasi.

Jenis-jenis sampling:

a. Probability sampling. Tiap individu mendapat probabilty atau kemungkinan untuk dipilih sebagai sampel.

(1) Simple random sampling (sampling acakan sederhana)

(2) Proportionate stratified random sampling (sampling acak proporsional berstratifikasi)

(3) Disproportionate stratified random sampling (sampling acak tak proporsional berstratifikasi)

(4) Area (cluster) sampling (sampling daerah/kelompok)

b. Non-probability sampling. Individu tidak mendapat probability atau kemungkinan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

(1) Sampling sistematis

(2) Sampling kuota

(3) Sampling ensidental (kebetulan)

(4) Purposive sampling

(5) Sampling jenuh

(6) Snowball sampling

Sampling yang dipilih bergantung pada (1) tujuan penelitian, (2) pengetahuan tentang populasi, (3) kesediaan menjadi sampel,(4) jumlah biaya, (5) besar populasi, (6) fasilitas yang tersedia

Tidak ada aturan tertentu tentang jumlah atau proporsi sampel. Sampel yang besar belum tentu menjamin mutu hasil penelitian.

Daftar Referensi

· M. Toha Anggoro,dkk (2003). Metode penelitian. Pusat Penerbitan Univ. Terbuka. Jakarta

· Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

· Sugiyono (2006). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

· Nasution.S (2006), Metode research :Penelitian Ilmiah. Bumi aksara. Jakarta
2 Responses
  1. Anonim Says:

    ilike that


  2. Anonim Says:

    DENGAN HORMAT,
    SAYA INGIN MENDFAPAT DUKUNGAN. SAYA SEDANG AKAN MENULIS TESIS KIRA KIRA JUDULNYA : KINERJA GURU (Hubungan Antara MITIVASI, KREATIVITAS DAN KINERJA GURU SLB-A TAN MIYAT BEKASI). TETAPI DI SLB SAYA ITU HANYA ADA GURU 23 ORANG. TOLONG APAKAH JUMLAH ITU VALID UNTUK PENELITIAN? DA YANG BILANG TIDAK BOLEH ADA YANG BILANG BOLEH. TAPI KAN SAYA INGIN SEKALI MENELITI DI TEMPAT SAYA KERJA ITU. TOLONGLH SAYA.
    SALAM DARI
    BASUKIBASUKI@GMAIL.COM


Posting Komentar