Tampilkan postingan dengan label METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
CHE
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukaan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabiltasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dlihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (Natural Setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dokumentasi dan triangulasi (gabungan ketiganya).



B. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Instrumen Pengumpulan Data
Secara garis besar, bentuk instrumen digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternative jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar – salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi benar – salah, dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching choice), jawaban singkat (short answer), ataupun tes isian (completion test).
Instrumen yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari Likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis.
b. Non Tes (bukan test)
Pada instrumen non test atau bersifat menghimpun dengan jawaban berstruktur, jawaban tersebut dapat dijumlahkan sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal, interval atau rasio, tetapi data nominal, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban. Pada instrumen non tes dengan jawaban terbuka, data yang diperoleh pada umumnya adalah data naratif deskriptif, deskriptif kualitatif ataupun kuantitatif terkait dengan narasi. Dalam studi dokumenter, kemungkinan diperoleh data angka yang bisa diolah menjadi data nominal, ordinal, interval atau rasio.




2. Teknik Pengumpulan Data
Ada 5 cara teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam bentuk deskriptif kualitatif dan deskriptif secara kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka individual atau kelompok. Dalam hal ini wawancara dibedakan menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
b. Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden.
Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada penngantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.


c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut biasa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta latihan. Dalam observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
d. Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dengan demikian metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu: Pertama, pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya. Dan Kedua, Check-list yaitu daftar variable yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
e. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, unruk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
3. Hubungan antar teknik pengumpulan data dengan bentuk instrumen
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan. Untuk penelitian kuantitatif teknik yang biasa digunakan adalah; angket, wawancara, observasi, dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang biasa digunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan triangulasi. Sesuai dengan sifat penelitiannya, pelaksanaan wawancara, observasi dan dokumentasi dalam penelitian kuantitatif berbeda dengan kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif baik angket, wawancara, observasi maupun dokumentasi, umumnya dapat digunakan bentuk atau format instrumen: kategorikal, skala ordinal, skala interval, skala rasio, dan check-list. Dalam penelitian kualitatif bentuk-bentuk instrumen yang menghasilkan angka-angka tidak biasa digunakan. Yang biasa digunakan adalah bentuk deskriptif naratif kulaitatif. Dalam deskripsi tersebut mungkin juga ada angka-angka, tetapi angka tersebut dalam hubungan deskripsi naratif tersebut, dan ditafsirkan secara kualitatif.








Hubungan antara macam-macam teknik, instrumen dan bentuk pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dfan kualitatif.
Pendekatan Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen Bentuk
Kuantitatif Nominal Angket
Wawancara
Observasi
Dokumentasi Angket berstruktur
Pen. Wawancara Berstruktur
Pend. Obs. Berstruktur
Pend.Dok.Berstruktur Kategori
Kategori
Kategori
Kategori/table
Ordinal Angket
Wawancara
Observasi
Dokumentasi Angket berstruktur
Pen. Wawancara Berstruktur
Pend. Obs. Berstruktur
Pend.Dok.Berstruktur Skala Ordinal
Skala Ordinal
Skala Ordinal
Skala Ordinal
Interval Angket
Wawancara
Observasi
Dokumentasi Angket berstruktur
Pen. Wawancara Berstruktur
Pend. Obs. Berstruktur
Pend.Dok.Berstruktur Checklist
Skala Interval
Skala Interval
Skala Interval
Rasio Angket
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
Tes Angket berstruktur
Pen. Wawancara Berstruktur
Pend. Obs. Berstruktur
Pend.Dok.Berstruktur
Tes Chaecklist
Skala Interval
Skala Interval
Skala Interval
Skala Interval

Kualitatif Deskriptif Naratif Wawancara
Observasi
Dokumentasi
Triangulasi Pen. Wawancara Berstruktur
Pend. Obs. Berstruktur
Pend.Dok.Berstruktur
Gabungan Ketiganya Catatan lapangan
Catatan lapangan
Catatan lapangan
Catatan lapangan

Daftar Pustaka
Arief, F. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2007. Merode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
CHE
Pendahuluan


Bila kita ingin melihat bagaimana kemampuan siswa wanita dibandingkan dengan kemampuan siswa pria di SMA dalam bidang studi tertentu, matematika misalnya, kita bisa memperoleh informasi dengan berbagai cara. Pertama, kita mengumpulkan informasi dari SMA di seluruh tanah air bagaimana perbandingan kemampuan mereka. Kedua, kita bisa memperoleh informasi dari nilai-nilai tes matematika yang kita buat untuk seluruh siswa SMA di tanah air. Kemudian membandingkannya. Ketiga, kita kumpulkan nilai-nilai ulangan matematika untuk tahap tertentu (ulangan kenaikan kelas tiga misalnya) dari siswa SMA yang ada di Indonesia, lalu kita membandingkannya. Dan tentunya, masih banyak cara-cara lainnya.

Cara-cara seperti di atas, walaupun hasilnya akan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dalam penelitian jarang dilakukan. Sebabnya ialah penelitian atau cara serupa itu akan lebih memakan waktu, tenaga, dan biaya. Kita bisa memperoleh informasi yang kita ingini, walaupun hasilnya mungkin hanya mendekati saja, dengan cara yang lebih cepat dan hemat, yaitu dengan membandingkan sejumlah kecil saja dari nilai-nilai matematika siswa/siswi SMA di Indonesia. Dengan catatan, sejumlah siswa/siswi SMA itu harus mewakili siswa/siswi SMA Indonesia; siswi SMA dan SISWA SMA yang kita pilih masing-masing mewakili siswi SMA dan siswa SMA di seluruh tanah air. Pada contoh di atas seluruh siswa SMA di Indonesia disebut populasi, sedangkan sebagian kecil yang mewakili seluruh siswa SMA di Indonesia itu disebut sampel.



Populasi


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Banyaknya individu atau elemen yang merupakan anggota populasi disebut sebagai ukuran populasi dan disimbolkan dengan N.

Berdasarkan jumlah anggotanya, populasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni populasi terbatas dan populasi tidak terbatas. Suatu populasi dikatakan terbatas apabila jumlah anggota populasi tersebut diketahui dengan pasti, misal: penduduk kabupaten Sleman, mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta, karyawan perusahaan R, dan sebagainya. Namun jika jumlah anggota suatu populasi tidak dapat diketahui dengan pasti, maka populasi tersebut dinamakan populasi tak terbatas. Misal: botol plastik yang dihasilkan oleh suatu mesin pembuat botol plastik. Selama mesin tersebut tidak rusak, maka secara teoritis mesin tersebut dapat memproduksi botol plastik terus menerus yang tak terhingga jumlahnya.

Sampel

S

ampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi. Sampel (disimbolkan dengan n) selalu mempunyai ukuran yang kecil atau sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuran populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan ngajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.

Pada waktu kita mengumpulkan data, baik dengan wawancara maupun pengamatan, kita melakukannya pada individu-individu atau satuan-satuan yang merupakan elemen populasi yang dinamakan unit analisis. Unit analisis dapat berupa orang, rumah tangga, tanah pertanian, perusahaan dan lain-lain.

Teknik Sampling

T

eknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk dapat menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik macam-macam sampling ditunjukkan pada gambar di bawah.








G.1 Macam- macam Teknik Sampling

Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.

1. PROBABALITY SAMPLING

Probabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling (sampel acak sederhana), proportionate stratified random sampling (sampel acak proporsional berstratifikasi), disproportionate stratified random sampling (sampel acak tak proporsional berstratifikasi), sampling area (cluster) sampling (sampel acak klaster/pengelompokan).

Sampling mana yang akan dipilih antara lain bergantung pada masalah yang dihadapi serta tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu ada lagi pertimbangan-pertimbangan lain mengenai besarnya populasi dan jumlah sampel yang diperlukan, biaya yang tersedia dan kemungkinan serta kemudahan untuk memperoleh sampel itu guna penelitian. Juga mungkin terjadi bahwa apa yang kita rencanakan tentang sampling tak terpenuhi seluruhnya, karena macam-macam faktor. Biasanya seorang mahasiswa sangat terbatas dalam soal keuangan, dalam kemudahan memperoleh sampel yang diinginkan, sedangkan mengenai waktu ia terikat pada peraturan perguruan tingginya.

Sampling yang paling sering dilakukan ialah: (1)random sampling, (2) stratified sampling, dan (3) purposive sampling

a. Simple Random Sampling (Sampling Acak Sederhana)

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam tingkatan itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Lihat gambar 2 berikut.






Flowchart: Connector: Populasi homogen
Flowchart: Connector: Sampel yang representatif

Diambil secara

random

G. 2 Teknik Simple Random Sampling

Kelemahan sampling ini adalah karena sukar, ada kalanya tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan populasi itu, misalnya jumlah anak nakal, orang yang mempunyai telepon, orang buta huruf, orang cacat dan lain sebagainya.

Ciri utama dari random sampling ialah bahwa setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Selain itu kesempatan itu harus independen, artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak mempengaruhi kesempatan unsur-unsur lain untuk dipilih.

Random Sampling dilakukan dengan cara (1) undian, (2) menggunakan tabel, (menggunakan komputer).

b. Proportionate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Proporsional Berstratifikasi)

Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.

Misalnya kita akan meneliti kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila kesimpulannya akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka kita harus mengambil sampel, wakil dari semua tingkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, strata umur, strata kelas, dan sebagainya dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada, kita boleh menggunakan sampel random.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Tak Proporsional Berstratifikasi)

Sampling ini kira-kira sama dengan sampling stratifikasi. Bedanya ialah bahwa proporsi subkategori-kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi. Hal ini dilakukan karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya.

Misalkan kita mengambil populasi tenaga pengajar suatu perguruan tinggi yang terdiri atas 1. Guru besar, 2. Lektor kepala, 3. Lektor, 4. Lektor muda dan 5. Asisten. Sampel dapat diambil secara merata yakni untuk masing-masing kategori 1/5 atau 20 persen. Besar kemungkinan bahwa sampel untuk guru besar terlampau besar, sedangkan sampel untuk asisten atau lektor muda terlampau kecil.

Maka peneliti menentukan sampel atas pertimbangan proporsi yang dianggapnya lebih representatif misalnya:

Guru besar 10%

Lektor Kepala 20%

Lektor 25%

Lektor Muda 25%

Asisten 20%

Dengan sampling yang tak proporsional ini sudah barang tentu selalu ada kategori yang terlampau besar atau terlampau kecil jumlahnya dibandingkan dengan proporsi populasi yang sebenarnya. Bila jumlah sampel cukup besar, maka kepincangan sampling itu dengan sendirinya teratasi.

Sampling serupa ini tidak begitu banyak memakan waktu dibandingkan dengan sampling secara proporsional. Peneliti dengan sengaja memperbesar proporsi kategori yang sangat kecil jumlahnya yakni <>

d. Cluster Sampling (Sampel Daerah/Kelompok) Bila populasi tersebar di suatu daerah seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan sebagainya, maka sampling dapat dilakukan berdasarkan daerah. Pada peta daerah tersebut kita gambar petak-petak. Tiap petak diberi nomor. Dengan sampling acakan dapat ditarik sejumlah nomor yang dijadikan sampel. Semua keluarga atau orang dengan ciri tertentu dalam daerah sampel itu diwawancarai. Bila daerah itu masih terlampau luas, atau terlampau banyak penduduknya, maka peta daerah itu dapat dibagi lagi menjadi petak-petak. Kembali secara sampling acakan dipilih sejumlah sampel. Jika ini masih lagi populasinya terlampau besar, kita masih dapat lagi membaginya dalam petak-petak. Dengan sampling acakan dapat kita memperoleh sampel yang diperlukan. Cara ini dapat dilanjutkan, akan tetapi biasanya sampling bertingkat ini tidak melebihi tiga taraf.

Sampling daerah serupa ini mempunyai beberapa keuntungan: sampling serupa ini sesuai bagi peneliti yang melibatkan populasi yang besar yang tersebar di daerah yang luas. Pelaksanaannya lebih mudah daripada metode sampling lainnya. Biayanya lebih murah pula, karena sampel telah terpusat pada daerah yang terbatas. Biaya transpor jauh lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang tersebar tempat tinggalnya. Generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerah-daerah tertentu dapat diterima dan berlaku bagi daerah-daerah di luar sampel.

Kelemahannya ialah bahwa jumlah individu dalam tiap daerah pilihan tidak sama, misalnya daerah kota dibanding dengan daerah pertanian. Itu sebab cara sampling ini tidak sebaik cara sampling lainnya. Ada pula kemungkinan orang berpindah atau berjalan dari daerah pilihan yang satu ke daerah pilihan yang satu lagi sehingga ia dapat dua kali masuk sampel bila penelitian tidak dilakukan serempak.

2. NON PROBABILITY SAMPLING

Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.

a. Sampling sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100. Lihat gambar 3.

POPULASI



1 11 21 31

2 12 22 32

3 13 23 33

4 14 24 34

5 15 25 35

6 16 26 36

7 17 27 37

8 18 28 38

9 19 29 39

10 20 30 40


SAMPEL

3 24

6 27

9 30

12 33

15 36

18 39

21

Right Arrow: Diambil secara sistematis

G.3 Sampling sistematis. No Populasi kelipatan tiga yang diambil (3, 6, 9, dan seterusnya)

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan, misalnya sejumlah mahasiswa tingkat V dari beberapa universitas tertentu yang bekerja sambil belajar, atau sejumlah guru dalam bidang-bidang studi tertentu yang pernah mendapat penataran itu misalnya untuk meminta pendapat mereka tentang manfaat penataran itu bagi peningkatan mutu pengajaran. Peneliti dapat menentukan bidang studinya serta jumlah guru atau kuota tiap bidang studi yang diinginkannya untuk misalnya diwawancarai.

Sampling itu tidak dapat menyamai sampling dengan stratifikasi yang memperhitungkan ciri-ciri tertentu dan memilih sampel yang representatif dari tiap kategori.

Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang esensial dari populasi, andaikan kita lebih banyak mengenalnya. Oleh sebab sampel itu tidak representatif, maka kesimpulan penelitian ini hanya dapat memberi kesan-kesan yang sangat umum.

c. Sampling Insedental

Sampling Insedental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, misalnya menanyakan siapa saja yang dijumpainya di tengah jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu seperti kenaikan harga, keluarga berencana, peraturan lalu lintas, dan sebagainya. Karena sampel ini sama sekali tidak representatif tentu saja tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi.

Metode ini sangat mudah, murah, dan cepat dilakukan.

d. Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitan yang tidak melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-pertama dipilih satu dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum meraasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 4 berikut. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposif dan Snowball.

...................................................................................................................................................................................................................................................................................

Menentukan Metode Sampling

U

ntuk menentukan metode sampling manakah yang akan dilakukan perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut:

1. Tujuan penelitian. Bila kita ingin mencapai generalisasi yang berlaku bagi keseluruhan populasi, maka perlu kita pakai sampling acakan atau random. Kalau kita bertujuan untuk memperoleh kesan-kesan umum dalam waktu singkat dapat kita gunakan non probability sampling.

2. Pengetahuan tentang populasi. Bila kita tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang populasi, sampling acakan tidak dapat kita laksanakan dengan baik. Pada taraf permulaan kita adakan studi eksploratif dengan non probability sampling, kemudian setelah kita memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang populasi baru kita gunakan sampling acakan.

3. Kesediaan untuk menjadi populasi sebagai sampel. Sering timbul kesulitan untuk mendapatkan kesediaan orang untuk dijadikan sampel.

4. Jumlah biaya yang tersedia untuk penelitian.

5. Besar populasi. Bila populasi sangat besar, sampling daerah yang paling serasi. Bila populasi kecil, ada kemungkinan bagi sampling jenuh atau padat.

6. Fasilitas yang tersedia seperti komputer, kalkulator.

Menentukan Ukuran Sampel

T

idak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan yang kecil.

Sampel yang kecil lebih sedikit makan biaya, lebih mudah diolah akan tetapi mempunyai kesalahan sampel (sampling error) yang lebih besar. Juga kekuatan generalisasinya kecil.

Sebaliknya sampel yang besar, apalagi yang besar sekali, lebih sukar dikendalikan. Pembiyayaannya akan lebih tinggi dan pengumpulan data serta pengolahannya memakan waktu. Akan tetapi generalisasi yang diperoleh akan lebih tinggi kekuatannya. Penelitian berdasarkan sampel yang besar sekali misalnya meliputi 150.000 orang atau lebih, akan lebih mengagumkan orang dan hasilnya dianggap lebih dapat dipercaya daripada penelitian dengan sampel yang kecil.

Namun mutu penelitian tidak terutama ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya serta pengolahannya. Penelitian dengan sampel besar misalnya 100.000 orang, tidak dengan sendirinya akan lebih baik daripada penelitian dengan sampel yang jauh lebih kecil, misalnya 100 orang.

Mengenai jumlah sampel yang sesuai sering disebut aturan sepersepuluh, jadi 10 persen dari jumlah populasi. Jika populasi 1000 orang, maka sampel 100 orang dianggap cukup memadai. Aturan ini tak selalu dipegang teguh. Jika populasi terlampau besar, misalnya meliputi penduduk seluruh Indonesia, maka sampelnya akan jauh lebih kecil dari 10 persen. Dianggap bahwa dengan sampel 1000 orang kita dapat mengambil kesimpulan yang sama efisiensinya dengan sampel yang lebih besar misalnya ratusan ribu atau jutaan.

Dalam survey, seorang peneliti juga tidak menggunakan aturan sepersepuluh ini. Besar kemungkinan ia akan menggunakan seluruh populasi, misalnya semua penerbang suatu perusahaan, sebagai sampelnya, jadi menyimpang dari aturan sepersepuluh itu. Dalam hal peneliti menggunakan sampling dengan stratifikasi ada kalinya ia mengambil jumlah yang cukupbesar, agar subkategorinya jangan sampai ada yang kosong atau terlampau sedikit unsurnya. Diharapkan agar subkategori setidaknya mempunyai 10 anggota.

Jumlah sampel juga banyak bergantung pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas, dan waktu yang tersedia, juga populasi yang ada atau bersedia dijadikan sampel, tujuan penelitian, apakah mengetes teori atau mengambil generalisasi.

Kesimpulan

S

ampel harus representatif, artinya mewakili populasi agar dapat diambil kesimpulan berupa generalisasi.

Jenis-jenis sampling:

a. Probability sampling. Tiap individu mendapat probabilty atau kemungkinan untuk dipilih sebagai sampel.

(1) Simple random sampling (sampling acakan sederhana)

(2) Proportionate stratified random sampling (sampling acak proporsional berstratifikasi)

(3) Disproportionate stratified random sampling (sampling acak tak proporsional berstratifikasi)

(4) Area (cluster) sampling (sampling daerah/kelompok)

b. Non-probability sampling. Individu tidak mendapat probability atau kemungkinan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

(1) Sampling sistematis

(2) Sampling kuota

(3) Sampling ensidental (kebetulan)

(4) Purposive sampling

(5) Sampling jenuh

(6) Snowball sampling

Sampling yang dipilih bergantung pada (1) tujuan penelitian, (2) pengetahuan tentang populasi, (3) kesediaan menjadi sampel,(4) jumlah biaya, (5) besar populasi, (6) fasilitas yang tersedia

Tidak ada aturan tertentu tentang jumlah atau proporsi sampel. Sampel yang besar belum tentu menjamin mutu hasil penelitian.

Daftar Referensi

· M. Toha Anggoro,dkk (2003). Metode penelitian. Pusat Penerbitan Univ. Terbuka. Jakarta

· Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

· Sugiyono (2006). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

· Nasution.S (2006), Metode research :Penelitian Ilmiah. Bumi aksara. Jakarta
CHE

1. Pendahuluan

Penyusunan kerangka penelitian berangkat dari problematika penelitian, sebab dari permasalahan akan memunculkan tujuan penelitian, hipotesa penelitian, meskipun ada penelitian yang berangkat tidak dari hipotesa. Untuk menjawab problematika, mencapai tujuan penelitian, dan menguji hipotesa diperlukan data penelitian.Oleh karena itu problematika penelitian yang dimunculkan hendaknya dijawab data penelitian.

Data yang diperoleh mempertimbangkan validitas, realibilitas, dan obyektivitas. Sudah barang tentu dari berbagai jenis penelitian kreteria tidak sama, seperti yang dikatakan Sugiyono (2007; 365) bahwa, “ pada penelitian kuantitatif untuk memperoleh data yang valid, reliable dan obyektif perlu uji instrumen yang valid, reliable, dan obyektif pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar.”Sedangkan untuk penelitian kualitatif bukan uji instrument melainkan uji data yang dikumpulkannya. Oleh sebab itu untuk lebih jelasnya kita uraikan lebih lanjut.

2. Pengertian

a. Validitas

Ada beberapa definisi tentang validitas diantaranya menurut Fraenkel (1993; 139) dikatakan bahwa, “ Validitas menunjukkan kesamaan, pengertian maupun penggunaan masing-masing peneliti yang berbeda dalam mengumpulkan data.” Sedangkan batasan validitas menurut Sugiyono (2007; 363) dikatakan bahwa,”Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.” Jadi dari kedua pendapat itu jelas batasan validitas adalah berkenaan dengan derajat ketepatan, antara data obyek sebenarnya dengan data penelitian.

  1. Reliabilitas

Menurut Fraenkel (1993; 146) dikatakan,” Reliabilitas adalah konsistensi skor, dan stabilitas data dari instrument penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2007; 364) dikatakan,” reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.”

  1. Obyektivitas

Menurut Sugiyono(2007: 364) dikatakan,”Obyektivitas menunjukkan derajat kesepakatan antar banyak orang terhadap suatu data.” Maksud dari pengertian ini didasarkan pada prosentase kebenaran data disampaikan oleh orang banyak.

3. Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif

Ada perbedaan yang mendasar mengenai validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Validitas dalam penelitian kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara peneliti dan partisipan. Dengan kata lain, partisipan dan peneliti memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan suatu peristiwa terutama dalam memaknai peristiwa tersebut.

Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif pun berbeda. Dalam penelitian kualitatif sutau relaitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Situasi senantiasa berubah demikian juga perilaku manusia yang terlibat didalamnya.

Pelaporan penelitian kualitatif pun bersifat individu, atau berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Bahkan untuk obyek yang sama, apabila ada 5 peneliti dengan latar belakang yang berbeda, akan diperoleh 5 laporan penelitian yang berbeda pula. Peneliti yang berlatar belakang pendidikan tentu akan menemukan dan melaporkan hasil penelitian yang berbeda dengan peneliti yang berlatarbelakang sosiologi.

Oleh karena itu penelitian kualitatif sering dikatakan bersifat subyektif dan reflektif. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen yang standar tetapi peneliti bertindak sebagai instrumen. Data dikumpulkan secara verbal diperkaya dan diperdalam dengan hasil pengamatan, mendengar, persepsi, pemaknaan/penghayatan peneliti. Namun demikian peneliti meskipun melibatkan segi subyektifitas , dia harus disiplin dan jujur terhadap dirinya sebab penelitian kualitatif harus memiliki objektifitas pula. Objektifitas disini berarti data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman, kerangka berpikir, persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.

Sedangkan penelitian kualitatif dikatakan bersifat reflektf karena penelitian kualitatif merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian.

Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih S., validitas penelitian kualitatif dapat dicapai melalui kombinasi sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu:

a. Pengumpulan data yang relatif lama.

Memungkinkan terkumpulnya data secara lengkap dan ditemukannnya data yang berangsur sesuai dengan kenyataan.

b. Strategi multi metode.

Kombinasi teknik pengumpulan data, antara lain, wawancara, observasi, studi dokumenter .

c. Bahasa partisipan kata demi kata.

Pengumpulan data maupun analisis data dilakukan kata demi kata sehingga mendapatkan rumusan yang rinci.

d. Dekriptor inferensi yang rendah.

Pencatatan yang lengkap dan detil baik untuk sumber situasi maupun orang menjadikan catatan dimengerti dan tidak menimbulkan apersepsi yang berbeda.

e. Peneliti beberapa orang.

Data deskriptif yang dikumpulkan dan disetujui oleh tim peneliti.

f. Pencatat data mekanik.

Data direkam baik mengggunakan media audio, video, maupun foto sehingga ada pembuktian sesuai kenyataan.

g. Partisipan sebagai peneliti.

Menggunakan catatan-catatan yang dimiliki partisipan untuk melengkapi.

h. Pengecekan anggota.

Pengecekan data ulang oleh anggota peneliti yang lain.

i. Review oleh partisipan.

Meminta pada partisipan untuk mereview data, dan melakukan sistesis semua hasil wawancara dan observasi.

j. Kasus-kasus negatif.

Mencari, mencatat, menganalisa, melaporkan data dari kasus-kasus negatif atau yang berbada dengan pola yang ada.

Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif

Menurut Prof. Dr. Sugiyono, pengujian validitas dan reliabilitas data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferability, uji depenability, dan uji konfirmability.

a. Uji Kredilibitas

Uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain :

1) Perpanjangan pengamatan.

Peneliti kembali melakukan pengamatan dilapangan/lokasi penelitian. Artinya hubungan peneliti dengan partisipan/narasumber semakin akrab, terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2) Peningkatan ketekunan dalam penelitian.

Peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang yang telah ditemukan salah atau benar. Peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis.

3) Triangulasi.

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

· Triangulasi sumber.

· Triangulasi teknik pengumpulan data.

· Triangulasi waktu pengumpulan data.

4) Analisis kasus negatif.

Peneliti mencari data yang berbeda atau behkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuannya, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

5) Memberchek.

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercek untuk mengetahui sejauhmana data yang diperolh sesuai apa yang diberikan pemberi data.

b. Uji Transferability

Transferability berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat ditepkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian dan ada kemungkinan menerapkannya, maka peneliti harus membuat laporan secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

c. Uji Depenability dan Uji Konfirmability

Uni dependability dilakukan dengan mengaudit seluruh proses penelitian, yaitu dilakukan oleh auditor yang independen.

Uji Konfirmability hamper sama dengan iju dependability, yaitu menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Oleh karena itu dua pengujian ini sering kali dilakukan bersama-sama.

4. Validitas, reliabilitas, dan obyektivitas pada penelitian kuantitatif.

  1. Validitas penelitian kuantitatif.

Validitas suatu data berkenaan dengan derajat ketepatan antara data lapangan dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Menurut Sugitono (2007; 363) dikatakan, validitas dibedakan menjadi dua yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkaitan dengan berkenaan dengan akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, misalnya disain penelitianna tentang kandungan gizi dan nutrisi biji durian petruk, maka data yang diperoleh tentang kandungan gizi dan nutrisi biji durian petruk, bukannya dala lain.

Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto; 2003: 219). Di sini dijelaskan ada dua jenis validitas instrument penelitian yaitu: validitas logis dan validitas empiris. Maksud dari validitas logis apabila instrument tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Sedangkan validitas empiris apa bila suatu instrument dapat mengungkap semua data yang ditangkap oleh panca indera yang ada pada obyek di lapangan.

  1. Reliabilitas penelitian kuantitatif.

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu data dikatakan reliabel bila diteliti oleh peneliti yang berbeda diperoleh data yang sama, begitu juga bila dilakukan dalam waktu yang tidak sama didapat data yang sama, tentunya berkenaan pada sampel yang sama. Contoh: kadar alcohol pada minuman bermerk topi miring lebih dari 10%, dan sangat membahayakan peminumnya. Minuman merk ini bila diteliti oleh peneliti yang berbeda tetap data yang dihasilkan sama, begitu juga dilakukan berulang kali juga sama.

  1. Obyektivitas penelitian kuantitatif

Obyektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan antar banyak orang terhadap data, sekarang timbul pertanyaan apakah data yang disepakati antar oaring banyak itu valid dan reliabel? Data yang obyektif memiliki kecenderungan valid dan reliabel tetapi belum tentu semua data yang obyektif valid dan reliabel. Apa lagi kalau data pada penelitian kualitatif berkenaan dengan manusia tidak ada jaminan kesepakatan orang banyak itu valid dan reliabel, karena manusia makhluk yang sangat komplek. Dahulu sebelum ada teori matahari pusat tata surya, orang-orang mempercayai bumilah pusat tata surya dan itu berlaku ratusan tahun, tetapi setelah ada pendapat seorang ilmuawan bahwa matahari sebagai pusat tata surya hampir semua orang tidak percaya.

Dari penjelasan di atas jelas kiranya dalam penelitian kuantitatif data hendaknya memiliki tingkat validitas, reliabilitas, dan obyektivitas. Untuk mendapatkan data tersebut perlu instrument yang valid, sehingga dalam penelitian kuantitatif yang diuji bukan datanya tetapi instrumennya.

5. Kesimpulan

Ada perbedaan yang mendasar mengenai validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif untuk mendapatan validitas dan reliabilitas diuji instrumen penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah datanya. Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Reliabilitas dalam penelitian kualitatif bersifat individu, atau berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Oleh karena itu penelitian kualitatif sering dikatakan bersifat subyektif dan reflektif karena peneliti bertindak sebagai instrumen. Namun demikian peneliti meskipun melibatkan segi subyektifitas , dia harus disiplin dan jujur terhadap dirinya sebab penelitian kualitatif harus memiliki objektifitas pula. Objektifitas disini berarti data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman, kerangka berpikir, persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.

Pengujian validitas dan reliabilitas data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Kredibilitas, Uji Transferability, Uji Depenability, dan Uji Konfirmability.

6. Daftar Pustaka

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

CHE

METODE KUALITATIF

  1. PENDAHULUAN

Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah penenliti berada dilapangan.

Dalam penelitian kualitatif terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti. Pertama, masalah yang dibawa oleh peneliti tetap sehingga tidak terjadi perubahan sampai akhir penelitian. Kedua,masalah yang dibawa peneltiti setelah memasuki penelitian berkembang permasalahan yang telah disiapkan sehingga terjadi perubahan. Ketiga, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga harus diganti permasalahannya.

Seperti kita ketahui Permasalahan dalam penelitian sangat lah luas Karena terlalu luasnya masalah tersebut, maka dalam penelitian kualitatif peneliti mempersempit masalah penelitian yang disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang bersifat umum.

Peneliti kualitatif menetapkan fokus bertujuan untuk memperajam penelitian. Spradley dalam (Sugiyono, 2007:208) menyatakan bahwa “A focused refer to a single cultural domain or a few related domains” maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).

Penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dianggap ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih bersifat sementara dan memungkinkan untuk berkembang setelah peneliti berada dilapangan. Contoh fokus penelitian dalam penelitian pendidikan misalnya peneliti akan memfokuskan pada interaksi guru dan murid di kelas. Dalam penelitian tentang sumber daya manusia, peneliti dapat memfokuskan pada sistem penggajian dan kinerja pegawai.

Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Kaitannya dengan teori, dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori.

Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, sejumlah teori yang dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang dilapangan. Peneliti kualitatif akan lebih profesional bila menguasai semua teori karena teori berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam, namun dalam pelaksanaannya penelitian kualitatif harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk wawancara dan observasi. Peneliti kualitatif harus bersifat “prespektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang dialami, dirasakan dan difikirkan oleh partisipan/sumber data.

Penelitian kualitatif jauh lebih rumit dari penelitian kuantitatif, dalam hal ini Borg and Gall 1988 menyatakan bahwa “Qualitative research because the data collected are usually subjective and the main measurement tool for collecting data is the investigator himself”. Karena itu data yang terkumpul dalam penelitian kualitatif bersifat subjektif dan instrumen sebagai alat pengumul data adalah peneliti itu sendiri.

  1. PEMBAHASAN

Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal-balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. Dalam pengumpulan data Dua teknik yang biasanya dikaitkan dengan metode kualitatif yaitu wawancara dan pengamatan, namun data bisa juga diperoleh melalui dokumen, buku dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus.

Terdapat banyak alasan untuk melakukan penelitian kualitatif, salah satunya adalah kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya. Contoh beberapa peneliti yang berlatarbelakang pendidikan pengetahuan seperti antropologi atau yang berkaitan dengan orientasi filsafat seperti fenomenologi biasanya dianjurkan untuk mengunakan metode kualitatif guna mengumpulkan dan menganalisis data. Alasan lain adalah sifat dari masalah yang diteliti dalam beberapa bidang studi pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif, misalnya penelitian yang berupaya mengungkapkan sifat pengalaman seseorang dengan fenomena seperti sakit, berganti agama, atau ketagihan obat. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk menambah wawasan tentang sesuatu yang baru diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Dalam buku “School based Research” Terdapat beberapa jenis desain penelitian pada penelitian kualitatif. Desain penelitian tersebut berkaitan dengan jenis research statement and research question. Jenis desain penelitian kualitatif dalam penelitian pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Field Observation Design

b. Case Study

c. Action Research

d. Survey Research

e. Document Analysis

f. Multiple Approaches

Waktu yang diperlukan untuk penelitian kualitatif relatif cukup lama, karena tujuan penelitian bersifat temuan, bukan sekedar pembuktian hipotetsis. Terkait dengan hal ini Susan Stainback menyatakan “ There is no way to give easy to how long it takes to do a qualitative researchstudy. The ”tropical” study probably last about a year. But the actual length or duration depends on the the recources, interest and purposes of the investigator. It also depeds on the size of the study and how much time the researcher puts into the study each day or week”. Cepat lamanya penelitian kembali pada peneliti dalam mengumpulkan data.

  1. KESIMPULAN

Dalam penelitian kualitatif diharapkan :

a. Peneliti memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidangyang akan diteliti.

b. Peneliti mampu menciptakan “rapport” kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti.

c. Memiliki kepekaaan untuk melihat setiap gejala yag ada pada objek penelitian

d. Peneliti mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan,dan wawancara mendalam secara triangulasi serta sumber-sumber lain.

e. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial dan tema kultural/budaya.

f. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru

g. Peneliti mampu membuat laporan secara sistematis, jelas lengkap dan rinci.

REFERENSI

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2007

School based Research, Open University Malasyia, 2005

Strauss, Anselm; Corbin Juliet; Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007

CHE

Secara sistematis, penelitian ilmiah dilakukan menurut aturan metode ilmiah yang ada, antara lain diawali dengan adanya masalah. Kedudukannya dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya.

DEFINISI DAN SUMBER MASALAH

Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan antara lain dari: 1) kepustakaan: laporan penelitian pendidikan sebelumnya, 2) forum pertemuan ilmiah: seminar kependidikan baik bersifat nasional maupun internasional, 3) sumber pengalaman praktek: pengalaman mengajar di kelas, pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Namun demikian masalah yang bersumber dari tempat yang tepat belum tentu semuanya dapat digunakan sebagai masalah penelitian, maka perlu adanya identifikasi masalah oleh peneliti.

Proses pemilihan masalah atau identifikasi masalah harus terfokus pada bidang keahlian dari peneliti meskipun sama-sama berkelut dalam bidang pendidikan baik secara teori maupun praktek atau aplikasi dari keduamnya, sehingga bisa saja peneliti ahli di bidang profesi pendidikan, kurikulum dan pembelajarannya. Selain hal tersebut perlu juga diperhatikan motivasi dan tujuan dari peneliti dalam penelitiannya.

Sebelum kita lebih banyak membahas tentang identifikasi masalah, ada baikknya kita tahu dulu “ what is the research problem?” Masalah secara garis besar dapat diartikan sebagai berikut:

  1. Kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun peneliti, sehingga perlu ditemukan jawabannya.
  2. Pertanyaan tentang suatu problematik yang timbul dari kesenjangan antara kenyataan dengan teori/fakta empirik penelitian terdahulu, yang memungkinkan untuk diberikan satu atau lebih jawaban.
  3. Suatu rumusan kalimat interogatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang belum terjawab dengan teori atau penelitian yang ada.

Langkah berikutnya bila masalah telah ditemukan, maka perlu dibuat daftar pertanyaan (research question) yang bersumber dari fokus masalah yang telah dipilih, karena masalah yang ditemukan dapat dijadikan inisiasi pembuatan pertanyaan terhadap masalah yang akan diteliti. Karakteristik “research question” yang baik adalah sebagai berikut (1) feasible, (2) clear, (3) significant dan (4) ethical.

IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secarasistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/ menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada, (2) urgen/mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila dipecahkan.

Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu: preses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Walaupun dari proses identikasi masalah telah berhasil ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk dicari jawabannya.

PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH

Setelah ditemukan apa yang menjadi fokus masalah, lalu diadakan perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan pemetaan variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Tidak semua variabel hasil identifikasi dari masalah melatarbelakangi atau terkait dengan fokus masalah, maka perlu diadakan pembatasan masalah.

Dalam merumuskan masalah penelitian ada 3 aspek yang perlu diperhatikan yaitu: 1) substansi/isi masalah: harus berbobot dan orisinil. Berbobot artinya mempunyai nilai kegunaan walaupun tidak ada kriteria yang jelas, tetapi setidak-tidaknya dapat didekati dengan melihat kemanfaatan atau kegunaannya pada tiga hal yaitu apakah terjawabnya permasalahan, penelitian akan mempunyai nilai kegunaan teoritik, metodologi dan aplikatif. Orisinil artinya belum terjawab oleh teori maupun penelitian yang pernah dilakukan. Bila penelitian itu merupakan penelitian ‘replikasi’ dari penelitian yang sama tetapi dilakukan di tempat lain orisinilitas tetap ada karena menyangkut daerah tempat dilakukannya penelitian yang berbeda. 2) formulasi rumusan masalah: ada 2 hal penting yang harus diperhatikan yaitu: pertama rumusan masalah hendaknya diajukan dalam bentuk kalimat pertanyaan yang mengandung setengah jawaban, diajukan dengan jelas, tajam dan akurat menyangkut inti masalah yang dikehendaki. Kedua rumusan yang dibuat mempermasalahkan hubungan antara dua variabel atau lebih. 3) teknis: dalam hal ini perlu diperhatiakan kelayakan penelitian artinya apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat dijawab secara empirik dengan penelitian yang akan dilakukan.

Perumusan masalah pendidikan merupakan hal yang sangat penting dibandingkan dengan solusinya, yang mungkin terjadi dalam suatu penelitian. Untuk merumuskan pertanyaan yang baru berbagai kemungkinan baru dapat dilakukan antara lain dengan mengkaji ulang masalah yang lama dengan kreatifitas dan imajinasi yang dapat menunjukkan kemajuan nyata dalam dunia pendidikan. Beberapa kesalahan dalam merumuskan masalah:

  1. Pengumpulan data tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
  2. Data yang diambil tidak sesuai dengan kenyataan yang ada tetapi hanya mengambil dari data penelitian sebelumnya kemudian dicocokkan dangan penelitian yang akan dilakukan.
  3. Penjelasan hasil pengambilan data rancu sehingga kesimpulan yang diambil bersifat umum.
  4. Rancangan penelitian tanpa meninjau pustaka yang ada
  5. Menyamaratakan semua jenis penelitian, sehingga justru tidak memberikan kontribusi khusus dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
  6. Kegagalan dalam menyusun kerangka teoritis/konseptual secara sistematis sehingga menyimpang dari rencana semula, umpan balik dan evaluasi di bidangnya.
  7. Kegagalan membuat asumsi yang dapat dievaluasi dalam penelitian.
  8. Kegagalan dalam membuat pembatasan masalah, sehingga kurnag tepat dalam menentukan tujan yang akan dicapai.
  9. Kegagalan mengantisipasi hipotesis alternatif bila ada ketidaksesuaian antara penafsiran dengan kesimpulan yang akan dicpai dalam investigasi.

Masalah yang telah dibuat rumusannya dan memenuhi kriteria diatas ternyata tidak semua variabel yang ditentukan sesuai dengan fokus masalah, sehingga perlu pembatasan masalah dengan tujuan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang sesuai dengan fokus masalah. Hal ini disebabkan oleh:

  1. Variabel sangat banyak
  2. Tidak semua variabel mempunyai hubungan dengan fokus masalah.
  3. variabel yang ada tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari fokus masalah.
  4. pertimbangan praktis, artinya praktis dalam penyusunan instrumen, waktu, biaya dan pengambilan data.

Kepustakaan

Fraenkel. Jack R. Wallen NE. (1993). How to design and evaluation research in education. Second edition. New York: McGraw Hill, Inc

Isac, Stephen dan william B. Michael. (1980). Handbook in research and education. San Diego: Edits publishers

Open Universitymalaysia. (2005). HBEF 4106 School based research. Kuala Lumpur: Unitem Sdn, Bhd