CHE

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari – hari manusia sering menjumpai phenomena-phenomena yang membuat manusia merasa kagum, merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan manusia terarah pada gejala-gejala alam. Misalnya gempa bumi, hujan, banjir, melihat laut yang sangat luas, dan lain sebagainya. Orang yang heran berarti dia merasa tidak tahu, atau dia menghadapi persoalan. Kemudian memunculkan rasa ingin tahu manusia terhadap gejala-gejala alam tersebut atau manusia ingin berusaha untuk mencari, menemukan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang mereka hadapi tersebut.

Seandainya seseorang berkata kepada kita bahwa dia tahu bagaimana cara bermain gitar, maka seorang lainnya mungkin bertanya : apakah pengetahuan anda itu merupakan ilmu ? tentu saja dengan mudah dia menjawab bahwa pengetahuan bermain gitar itu bukanlah ilmu, melainkan seni. Demikian juga sekiranya seseorang mengemukakan bahwa sesudah mati semua manusia akan dibangkitkan kembali, maka akan timbul pertanyaan serupa : apakah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat transcendental yang menjorok keluar batas pengalaman manusia dapat disebut ilmu ? tentu saja jawabannya “bukan”, sebab pengetahuan yang berhubungan dengan masalah semacam itu adalah agama. Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang ditangkap manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui, baik melalui indera maupun akal.

Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sulit untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada. Sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Apa yang seharusnya kita lakukan sekiranya anak kita demam panas dan menderita kejang ? lalu lagu apa yang harus kita nyanyikan agar dia tertidur lelap ? sekiranya insan yang sangat kita cintai itu kemudian meninggalkan kita maka ke mana kita mesti berpaling dalam kemelut kesedihan ?

Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Oleh sebab itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan mana suatu pertanyaan tertentu harus kita ajukan.

Sekiranya kita bertanya : “apakah yang akan terjadi sesudah manusia mati ?”. maka pertanyaan itu tidak bisa diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama, sebab secara ontologis ilmu membatasi diri pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan bersifat transcendental yang berada diluar jangkauan kita. Ilmu tidak bisa menjawab pertanyaan itu sebab ilmu dalam tubuh pengetahuan yang disusunnya memang tidak mencakup permasalahan tersebut.

Tentu saja pada dasarnya kita boleh mengajukan pertanyaan kepada siapa saja, seperti jika kita tersesat dijalan dan bertanya kepada seseorang yang kebetulan nongkrong ditikungan: pak, tahukah anda jalan ke Universitas Negeri Yogyakarta ? jika yang kita tanyai itu seseorang yang ramah dan dididik untuk bersimpati dengan orang yang sedang kesusahan serta suka menolong ala kadarnya maka barangkali ia akan berkata “Mungkin arah kesana ! dan ditunjukanlah jalan ke Universitas Negeri Yogyakarta. Jawaban seperti itu tentu saja tidak terlalu menolong kita dari kesesatan, tetapi kita masih bisa tenang-tenang saja, toh kita masih di Yogyakarta. Namun bagaimana jadinya kalau kita ingin ke surga tetapi malah ditunjukan jalan ke neraka ?

Jadi pada hakekatnya kita mengharapkan jawaban yang benar, dan bukannya sekedar jawaban yang bersifat sembarang saja. Lalu timbullah masalah, bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar ? Masalah inilah yang dalam kajian filsafat disebut epistemology, dan landasan epistemology ilmu adalah Metode Ilmiah. Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara yang dilakukan dalam menyusun pengetahuan yang benar.

Berdasarkan latarbelakang tersebut diatas, maka tulisan makalah ini tertarik untuk membahas dan memfokus diri pada metode ilmiah sebagai sarana menemukan dan mengembangkan pengetahuan ilmiah.

B. PERMASALAHAN

1. Apakah metode ilmiah ?

2. Bagaimana prosedur metode ilmiah ?

3. Mengapa mengunakan metode ilmiah ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui hakekat dari metode ilmiah

2. Untuk Mengetahui prosedur atau langkah – langkah yang digunakan dalam Metode Ilmiah.

3. Untuk memperoleh ilmu dan mengembangkan ilmu yang telah ada.

II. PEMBAHASAN

A.DEFINISI PENGETAHUAN

Kata pengetahuan merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris : Knowledge. Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang ditangkap manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui, baik melalui indera maupun akal. Menurut Sidi Gazalba (1992;4) bahwa manusia melihat, mendengar, merasa, segala sesuatu dimana pengalaman panca indera ini melalui proses pemikiran langsung menjadi pengetahuan.

B. DEFINISI ILMU

Kata ilmu merupakan terjemahaan dari kata dalam bahasa Inggris : Science. Kata science ini berasal dari kata latin Scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia ini berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari, mengetahui, pada mulanya cakupan ilmu (science) secara etimologis menunjuk pada pengetahuan semata-mata, pengetahuan mengenai apa saja (Dampier; 1986). Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu (science) ini mengalami perluasan arti, sehingga menunjuk kepada segenap pengetahuan sistematik (Systematic Knowledge). Pemakaian yang luas dari kata ilmu (science) ini diteruskan dalam bahasa Jerman dengan istilah Wissenschaft yang berlaku terhadap kumpulan pengetahuan apapun yang teratur, termasuk didalamnya naturWissenschaften yang mencakup ilmu-ilmu alam maupun GeistesWissenschaften yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai the humanities, sementara dalam bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu-ilmu social budaya yang pada umumnya mencakup bahasa dan sastra, estetika, sejarah dan agama (Dampier;1966).

Menurut Sidi Gazalba (1992;4) bahwa ilmu adalah hasil berfikir dan berbuat dengan metode secara sistematis disertai dengan riset dan atau eksperimen.

C. DEFINISI METODE ILMIAH

Menurut The Liang Gie (2004; 110) bahwa,”Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikir, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan yang ada”.

Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi (cabang filsafat). Epistemology merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan.

Seperti kita ketahui bersama bahwa berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal sehingga manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang berakal.

Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja fikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yakni sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah menggunakan cara berfikir deduktif, cara berfikir induktif dan mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif, cara berfikir induktif.

D. PROSEDUR METODE ILMIAH

Pada pembahasan di atas telah diuraikan pengertian metode ilmiah, ilmu keduanya merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan ilmu sebagai aktivitas dari penelitian, sedangkan penelitian merupakan suatu rangkaian aktivitas yang memiliki prosedur tertentu, yakni suatu cara atau langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Suatu cara atau langkah dalam keilmuan dinamakan metode. Sedangkan cara maupun langkah dalam penelitian untuk mengembangkan maupun menemukan ilmu dinamakan metode ilmiah.

Dari pendapat the Liang Gie (2004;110) diatas memberikan penjelasan bahwa metode ilmiah dalam suatu penelitian mengikuti aturan atau prosedur tertentu. Jumlah langkah yang ditempuh dari berbagai ilmuwan tidaklah sama, yang paling sederhana 3 langkah dalam metode ilmiah yang digunakan.

Menurut George Abell bahwa metode ilmiah sebagai suatu prosedur khusus dalam ilmu mencakup 3 langkah berikut :

1. pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-

percobaan;

2. perumusan pangkal-pangkal duga yang melukiskan gejala-

gejala ini, dan yang bersesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada;

3. pengujian pangkal-pangkal duga ini dengan mencatat apakah

mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru atau hasil-hasil dari percobaan percobaan yang baru.

Israel Rose menyatakan bahwa metode ilmiah berpangkal pada percobaan dan pengamatan yang membentuk statu siklus terdiri dari 4 langkah untuk memcari kesimpulan umum :

1. percobaan-percobaan dan atau pengamatan gejala;

2. kesimpulan-kesimpulan umum yang diperoleh dari langkah 1;

3. kesimpulan-kesimpulan khusus yang diturunkan dari kesimpulan-

kesimpulan umum dari langkah 2;

4. pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimpulan dari langkah 3.

J. Eigelberner merumuskan metode ilmiah mencakup 5 langkah yaitu :

1. analisis masalah untuk menetapkan apa yang dicari, dan penyusunan pangkal-pangkal duga yang dapat dipakai untuk memberikan bentuk dan arah pada telaah penelitian;

2. pengumuman fakta-fakta yang bersangkutan.

3. penggolongan dan pengaturan data agar supaya menemukan kesamaan-kesamaan, urutan-urutan, dan hubungan-hubungan yang ada;

4. perumusan kesimpulan-kesimpulan dengan memakai proses-proses penyimpulan yang logis dan penalaran;

5. pengujian dan pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimpulan itu.

Sedangkan Sheldon Lachman mengurai metode ilmiah menjadi 6 langkah yang berikut :

1. perumusan pangkal-pangkal duga yang khusus atau pernyataan yang khusus untuk penyelidikan.

2. perancangan penyelidikan itu;

3. pengumpulan data;

4. penggolongan data;

5. pengembangan generalisasi-generalisasi;

6. pemeriksaan kebenaran terhadap hasil-hasil, yaitu terhadap data dan generalisasi.

Dalam bidang manajemen, dua ahlinya Clifford Craft dan David Hertz menyatakan bahwa metode ilmiah terdiri atas 7 langkah yaitu:

1. pengamatan dan survai umum mengenai bidang bidang permasalahan;

2. perumusan masalah itu;

3. pencarian falta;

4. analisis terhadap data dan pembentukan statu model;

5. perbandingan model itu dengan dengan data yang telah diamati;

6. pengulangan langkah-langkah di atas sampai suatu model yang memuaskan terbentuk, dan

7. penggunaan model itu untuk meramalkan.

Dari berbagai langkah yang dirumuskan oleh para ilmuwan dapat kita simpulkan bahwa ada 4 – 5 langkah yang merupakan pola umum yang senantiasa dilalui pada setiap penelitian yaitu:

1. penentuan masalah atau problematika penelitian yaitu masalah yang ingin dicari jawabnya melalui kegiatan penelitian.

2. perumusan hipótesis yaitu merupakan dugaan kebenaran sementara dari kegiatan penelitian .

3. pengumpulan data

4. penurunan kesimpulan

5. pengujian atau verifikasi hasil.

E. METODE ILMIAH SEBAGAI SARANA MENEMUKAN DAN MENGEMBANGKAN ILMU

Perkembangan ilmu-ilmu merupakan hasil pengunaan suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yang mengabungkan pengalaman dan akal sebagai pendekatan bersama dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaian-penyelesaian yang disarankan.

Namun kesulitan yang dihadapi filsafat ialah “ filsafat tidak bersifat ilmu”. Jika orang pernah bekerja dilaboratorium ilmu, mungkin akan mengeluh“ di dalam ilmu kita membicara tentang kenyataan empiris, di dalam filsafat nampaknya tidak ada cara untuk memperoleh jawaban”. Ini merupakan masalah dalam metode ilmiah sebagai sarana untuk menemukan dan mengembangkan ilmu.

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara tehnis dan tata langkah untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-ayarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan Metode Ilmiah.

Metode ilmiah megikuti prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti digunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan yang dihadapi oleh seseorang. Metode ilmiah berawal dari pengamatan dan berakhir dengan pengamatan-pengamatan yang menghasilkan kesimpulan dalam menyelesaikan suatu pengamatan/permasalahan, tetapi permulaan dan akhir ini hanyalah merupakan pembagian yang bersifat nisbi.

Suatu masalah yang sudah diajukan satu penyelesaian yang memungkinkan, maka penyelesaian yang diusulkan dinamakan “hipotesa”. Didalam menemukan hipotesa berawal dari kegiatan akal bergerak keluar dari pengalaman, mencari satu bentuk untuk kemudian disusun fakta-fakta yang telah diketahui dalam suatu kerangka tertentu. Untuk itu perlu diverifikasi atau sekurang-kurangnya perlu bahan-bahan bukti yang mendukungnya.

Kajian hipotesa dilakukan secara hati-hati dan sistematis terhadap ramalan-ramalan yang disimpulkan, jika pengamatan-pengamatan menujukan apa yang diramalkan terjadi maka hipotesa tersebut mendapat dukungan. Salah satu sifat penting dalam metode ialah mengedepankan kebenaran probabilitas bukan kebenaran mutlak. Dengan tinjauan sifat dari metode ilmiah yaitu digunakan akal dan pengalaman hingga menghasilkan sesuatu unsur baru, jadi benar bila metode ilmiah sebagai sarana menemukan dan mengembangkan ilmu

III. KESIMPULAN

Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang ditangkap manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui, baik melalui indera maupun akal. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara tehnis dan tata langkah untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Gazalba Sidi. 1992. Sistematika Filsafat; Pengantar pada dunia fisafat. PT Bulan Bintang Jakarta.

Kattsoff O Louis. 2004. Pengantar Filsafat. Tiara Wacana Yogyakarta. Yogyakarta

Soeprapto sri. 2003. Filsafat Ilmu. Liberty Yogyakarta.

The Liang Gie. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu. Liberty Yogyakarta

0 Responses

Posting Komentar