CHE



Pendahuluan

Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang untuk mencerna berbagai ragam pengetahuan sangat rumit. Tidak sekaligus terjadi, melainkan secara bertahap, berkembang terus menerus. Waktu, kematangan atau kesiapan mental pebelajar, lingkungan belajar, serta tingkat kesulitan materi sangat berpengaruh terhadap laju belajar. Belajar memang terjadi secara bertahap atau berjenjang. Jenjang belajar menunjukkan tingkat kesulitan dan kedalaman penguasaan pengetahuan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dunia pendidikan mulai memperhatikan peranan rumusan tujuan pembelajaran, dan analisis terhadap kepingan materi ajar, termasuk teknik penyajian serta prosedur pemahamannya. Istilah analisis tugas digunakan sejak AU AS menerapkan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk peralatan militer baru. Flanagan menerapkan critical incident technique, yaitu analisis tugas yang digunakan untuk mempercepat pemahaman belajar seorang anggota militer dalam memasang suku cadang pesawat tempur.

Prosedur baku atau urutan pemahaman belajar ini akhirnya mendorong Bloom(1957) untuk merumuskan taksonomi tujuan pembelajaran. Rumusan Bloom ini terkait dengan pemilahan ranah belajar menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor. Terkait dengan evaluasi, Glasser berpendapat bahwa jika tujuan pembelajaran telah dirumuskan dengan baik, maka tujuan pembelajaran itulah menjadi acuan keberhasilan seorang peserta didik.


Pembahasan


  1. Taksonomi Kompetensi Hasil Belajar Bidang Studi


Taksonomi pada dasarnya usaha pengelompokan yang disusun dan diurutkan berdasarkan ciri-ciri tertentu, contoh taksonomi dalam bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokan benda ke dalam benda cair, gas, dan padat. Kita dapat menemukan taksonomi kompetensi, seperti taksonomi Bloom, Gagne, Merill, Krathwohl, dan sebagainya. Taksonomi kompetensi membagi pendidikan dan pembelajaran ke dalam tiga kelompok, yaitu tujuan:

        1. Taksonomi kompetensi kognitif menurut Bloom

Secara umum proses kognitif terbagi dalam enam kategori, yaitu mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (aplly), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create). Mengingat merupakan proses kognitif yang sifatnya lebih kepada ‘menyimpan’, sedangkan kelima proses lainnya lebih cenderung tergolong bersifat ‘memindahkan’ informasi dan pengetahuan.

Kategori-kategori dimensi dalam proses kognitif

  1. mengingat, adalah mendapatkan kembali pengetahuan tertentu dari ingatan yang sifatnya jangka panjang (long-term memory). Dua proses pemahaman yang berhubungan dengan kategori mengingat adalah sebagai berikut.

    1. mengenali (recognizing), yakni membandingkan antara informasi dan fakta-fakta yang terjadi dengan pengetahuan terkait. Bentuk penilaian yang biasa digunakan antara lain dengan metode verifikasi, mencocokkan, dan pilihan terpaksa. Bentuk penugasan ‘Benar-Salah’ merupakan metode verifikasi yang paling umum digunakan. Dalam metode pencocokan, siswa diberikan dua daftar istilah yang masing-masing mempunyai pasangan sesuai dengan hubungan asosiasi yang paling dekat, kemudian mencocokkan antar pasangan setepat mungkin. Sedangkan dalam metode ‘pilihan terpaksa’, bentuk yang umum digunakan adalah model pilihan ganda. Disebut ‘terpaksa’ karena siswa hanya dibatasi untuk menjawab sesuai dengan pilihan jawaban yang disediakan.

    2. Mengingat kembali (recalling), biasanya terjadi ketika siswa diberikan teks soal yang harus dikerjakan. Soal ini umumnya berbentuk pertanyaan. Bentuk penilaian untuk ketegori ini sangat bervariasi mulai dari bentuk pengantar yang paling sederhana, artinya siswa hanya diberikan sedikit informasi terkait atau bahkan tidak sama sekali. Misalnya pertanyaan, “Apakah yang dimaksud satu meter?”. Bentuk lain pengantar pertanyaan adalah yang lebih memudahkan, misalnya “dalam sistemmetric, satu meter adalah ukuran untuk menunjukkan..........”

  2. memahami, adalah membangun pengertian (pemahaman) dari pesan-pesan yang muncul dalam proses pembelajaran, baik yang tersampaikan secara lisan, tertulis, maupun dalam bentuk gambar.proses kognitif yang termasuk dalam kategori ini antara lain:

    1. menginterpretasikan (interpreting), adalah ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentu penggambaran ke bentuk penggambaran yang lainnya. Bentuk assesment test yang sesuai adalah dengan model constructed response (siswa diminta memberikan jawaban) dan selected response (siswa diminta memilih jawaban). Bedanya dengan kategori ‘mengingat’, pada jenis ini informasi yang diberikan haruslah lebih baru dan lebih kompleks, artinya siswa tidak dapat dengan mudah mengingat jawaban yang dibutuhkan hanya dengan melihat informasi-informasi yang ditampilkan secara langsung dalam soal. Konsekuensinya, pada tahap ini siswa tidak hanya bisa bergantung pada memori atau ingatan saja, akan tetapi membutuhkan kerja lebih keras untuk dapat memberikan penggambaran dalam bentuk lain.

    2. memberikan contoh (exemplifying), terjadi ketika siswa mampu memberikan bentuk-bentuk contoh dari konsep umum yang diminta. Dalam hal ini, baik model constructed response maupun selected response sama-sama dapat digunakan sebagai penilaian. Constructed response misalnya, “sebutkan jenis-jenis komponen inorganik dan jelaskan mengapa masing-masing masuk kategori tersebut”. Sedangkan bentuk selected response nya adalah, “manakah di bawah ini yang termasuk kategori komponen inorganik? (a) besi (b) protein (c) darah (d) humus”

    3. mengelompokkan (classifying), terjadi ketika siswa mengetahui bahwa suatu benda/hal masuk ke dalam kategori tertentu yang lebih luas. Dalam penugasan berbentuk constructed response, siswa diberikan sebuah contoh kemudian harus menyusun konsep dasar yang terkait dengannya. Sedangkan model selected response, untuk menjawab konsep dasar yang sesuai siswa diberikan pilihan respon/jawaban.

    4. merangkum (summarizing), terjadi ketika siswa memberikan kesan berupa pernyataan tunggal yang menggambarkan informasi atau mengabstraksikan topik umumnya. Bentuk penilaian yang sesuai misalnya adalah dengan memberikan teks atau potongan teks, kemudian meminta siswa memberikan judul yang mungkin bagi teks tersebut.

    5. mengambil kesimpulan (inferring), meliputi proses menemukan pola tertentu dalam serangkaian contoh. Bentuk assesement test yang mungkin antara lain melengkapi jenis yang mungkin muncul setelah serangkaian kelompok jenis disebutkan, menyebutkan jawaban berdasarkan analogi dengan hubungan antar item yang dicontohkan sebelumnya (misalnya jika ‘bangsa’ diasosiasikan dengan ‘presiden’, maka asosiasi yang tepat bagi ‘negara’ adalah.......), atau mengidentifikasi kira-kira mana item yang tidak termasuk dalam kategori sebagaimana yang memayungi jenis-jenis lain yang disebutkan (pengecualian).

    6. membandingkan (comparing), meliputi proses menemukan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, gagasan, masalah, ataupun situasi. Teknik yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan membandingkan adalah dengan pemetaan. Dalam pemetaan, siswa akan menunjukkan bagaimana satu bagian objek tertentu memiliki hubungan atau bersesuaian dengan yang lainnya.

    7. menjelaskan (explaining), terjadi ketika siswa dapat mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Penugasan yang mungkin untuk mengukurnya, contohnya adalah dengan meminta siswa memaparkan alasan, mengidentifikasi untuk memecahkan masalah, merangcang ulang, dan membaca kemungkinan. Untuk memaparkan alasan, biasanya pertanyaan diawali dengan “mengapa...dst?”, sedangkan untuk dalam mengidentifikasi masalah siswa diminta mendiagnosa apa yang mungkin terjadi ketika sebuah pola atau sistem tertentu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya “jika suatu ketika kamu mengoperasikan alat pompa dengan memompanya berulang-ulang akan tetapi tidak sedikitpun ada udara yang keluar, apa yang mungkin salah?”. Dalam proses rancang ulang, siswa diminta membuat mengubah sistem atau pola tertentu untuk mencapai tujuan lain yang mungkin bersifat baru. Sementara dalam memprediksi, siswa diminta menjelaskan bagaimana suatu perlakuan pada bagian tertentu sebuah pola dapat berpengaruh pada perubahan di bagian lainnya. Misalnya, “apa yang akan terjadi jika kamu menambah diameter silinder pada pompa sepeda?”

  3. mengaplikasikan, biasanya menggunakan prosedur untuk berlatih langsung atau menyelesaikan masalah. Ketika dihadapkan pada tugas berupa latihan, siswa dapat membangun pendekatan tertentu dalam pengalamannya. Sering disebut juga dengan pengetahuan prosedural, yang prasyaratnya tentu saja sebelum dapat mengaplikasikan pengetahuan jenis ini siswa harus mengetahui wilayah konseptualnya.

    1. melaksanakan (executing), di dalamnya, seorang siswa mempraktekkan tata cara tertentu dengan rutin ketika dihadapkan pada tugas lazimnya, yakni latihan.situasi yang merupakan kebiasaan ini sering memberikan cukup arahan menuju pilihan tata cara yang paling sesuai untuk digunakan. Bentuk penilaiannya dapat dengan memberikan tugas seperti biasa, yang untuk menyelesaikannya hanya perlu menggunakan tata cara yang memang sudah umum, terkenal dan lazim digunakan. Dalam matematika misalnya, siswa diminta untuk menyelesaikan persamaan dengan melengkapi bagian yang kosong dalam cara penyelesaian yang disediakan untuk membimbing, memilih jawaban yang mungkin, atau diminta menunjukkan cara penyelesaian dan hasil tanpa teks bimbingan dama sekali.

    2. menerapkan, menggunakan (implementing), terjadi ketika seorang siswa memilih sebuah cara untuk menyelesaikan tugas baru (yang jarang dikenal sebelumnya). Bentuk penilaiannya, siswa diberikan sebuah masalah ‘asing’ yang harus diselesaikan. Untuk memudahkan biasanya di awal disebutkan spesifikasi masalah yang ditampilkan, kemudian siswa harus memilih sendiri cara yang diperlukan dan menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang dipilihnya. Dalam hal ini siswa dapat melakukan modifikasi seperlunya.

  4. menganalisis, adalah memecah-mecah suatu bahan ke dalam beberapa bagian kemudian menunjukkan hubungan satu bagian dengan bagian yang lain, juga hubungannya dengan hal lain di luar bahan tersebut. Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan cara yang paling efektif meningkatkan daya analitik siswa. Tujuannya, untuk membangun kemampuan siswa dalam:

  • membedakan antara fakta dan opini

  • menghubungkan simpulan dengan pernyataan yang mendukung

  • membedakan antara sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang tidak memiliki hubungan dengan hal tertentu

  • menentukan bagaimana sebuah gagasan berhubungan dengan gagasan lain

  • memastikan asumsi yang disampaikan melalui perkataan seseorang.

  • Membedakan antara sesuatu yang bersifat dominan dari sesuatu yang sebenarnya subordinat dalam puisi atau musik

  • Menemukan bukti untuk mendukung tujuan sang penulis

Proses yang masuk kategori ‘menganalisis’ antara lain:

    1. membedakan (differentiating), adalah membedakan antar bagian dalam terutama dalam hal relevansi dan nilai penting masing-masing. Bentuk penilaiannya, misalnya dengan meminta siswa mengidentifikasi sesuatu yang lebih penting atau relevan dari situasi yang diberikan.

    2. mengorganisir (organizing), meliputi proses mengidentifikasi bagian-bagian dari situasi atau komunikasi, danbagaimana semuanya masuk dalam satu kesatuan struktur. Dalam mengorganisir, siswa membangun hubungan yang sistematis dan utuh antara bagian-bagian informasi yang ada. Untuk menilai dapat dengan menugasi siswa menyusun karangan (constructed response) atau dengan memberikan potongan teks kepada siswa, kemudian siswa diminta memilih dai anatara beberapa alternatif gambar/grafik yang sesuai dengan teks.

    3. attributing, disebut juga proses dekonstruksi, terjadi ketika siswa dapat mengetahui dengan pasti sudut pandang, penyimpangan-penyimpangan, dan tujuan pokok. Misalnya, ketika membaca sebuah teks siswa perlu mengetahui bagaimana penulis mengambil sudut pandang dalam penulisan teks tersebut. Cara yang dapat dipakai untuk mengukur kemampuan ini adalah dengan menyampaikan materi tertulis atau lisan kemudian meminta siswa menyebutkan sudut pandang yang dipakai oleh penulis, maksudnya, dan sebagainya.

  1. mengevaluasi, diartikan sebagai proses menilai berdasarkan kriteria dan strandar tertentu. Kriteria yang sering digunakan antara lain kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi yang dapat ditentukan oleh siapapun (baik siswa maupun yang lain). Sedangkan contoh standar dapat berupa sesuatu yang besifat kuantitatif dan kualitatif. Dengan adanya prasyarat berupa standar dan kriteria tersebut, maka tidak semua penilaian maupaun justifikasi bersifat evaluatif.

    1. mengecek (checking), meliputi pengujian terhadap inkonsitensi atau kekeliruan yang terjadi di dalam proses maupun hasil. Tugas untuk mengecek dapat dilakukan ketika siswa sedang menyelesaikan masalah atau melaksanakan tugas tertentu.

    2. mengkritisi (critiquing), meliputi penilaian atas sebuah hasil atau pengerjaan berdasarkan standar dan kriteria yang sifatnya eksternal. Bentuk penilaiannya, siswa diminta mengkritisi suatu hipotesis atau karya baik yang diciptakan sendiri maupun oleh orang lain. Pengkritisan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal yang sifatnya negatif ataupun positif.

  2. mencipta, meliputi penempatan beberapa bagian secara bersamaan untuk membentuk satu kesatuan yang berkaitan dan berdayaguna. Kemampuan menciptakan hal yang baru atau sering disebut kreativitas, bagi sebagian orang baru dapat diakui ketika produk yang dihasilkan merupakan sesuatu yang baru dan tidak biasa. Jadi aspek yang ditekankan pada prosis kreasi atau mencipta ini pada umumnya adalah originalitas atau keunikan. Proses yang masuk kategori ini antara lain:

    1. membuat (generating), meliputi proses penggambaran masalah dan mengantarkannya pada alternatif dan hipotesis yang berhubungan dengan kriteria tertentu. Proses penilaiannya khas, pada umumnya berupa constructed response dimana siswa diminta menghasilkan alternatif-alternatif dan hipotesis. Ada dua macam, yaitu dapat dengan menugasi siswa untuk membuat daftar akibat yang mungkin dari sebuah kejadian (consequences task) dan dengan memberikan tugas untuk menyebutkan manfaat sebuah benda (uses task)

    2. merencanakan (planning), meliputi proses memikirkan dan merancang sebuah metode solusi yang mempertemukannya dengan sebuah kriteria masalah, dengan kata lain, membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Bentuk penugasannya, dapat dengan meminta siswa mengembangkan solusi dari sebuah masalah, menjelaskan rencana penyelesaian masalah tersebut, atau memilih rancangan solusi yang paling tepat atas permasalahana yang diberikan.

    3. menghasilkan (producing), meliputi proses pelaksanaan rencana untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan spesifikasi tertentu. Penugasan umum yang terkait dengan proses producing adalah penugasan untuk membuat produk berdasarkan spesifikasi tertentu, misalnya membuat rancangan skematis untuk sebuah SMA baru.

CARA MENGISI TABEL TAKSONOMI

Learning Question

Contoh tujuan:”siswa belajar menggunakan hukum elektrik dan hukum magnet untuk menyelesaikan persoalan”. Untuk menempatkan tujuan ini dalam tabel taksonomi, kita harus memeriksa frase kerja dan frase benda dan mengaitkannya dengan kategori di dalam tabel. Secara spesifik, kita harus menghubungkan kata “menggunakan”, dengan salah satu dari enam kategori utama proses kognitif, dan frase benda “hukum elektrik dan hukum magnet” dengan salah satu dari empat jenis pengetahuan. “menggunakan” sebenarnya dapat dengan mudah diasosiasikan sebagai sebutan lain bagi kata “menerapkan”, jadi dapat digolongkan ke dalam kategori “menerapkan” (kategori mengaplikasikan/apply). Sedangkan ‘’hukum...dst” membentuk asosiasi khusus dengan jenis pengetahuan konseptual. Dengan demikian, tujuan ditempatkan dalam kolom yang merupakan titik temu antara proses kognitif “apply” dan dimensi pengetahuan konseptual. Penempatannya dapat dilihat pada tabel berikut.





DIMENSI PENGETAHUAN

DIMENSI PROSES KOGNITIF

1

Mengingat

2

Memahami

3

Mengaplikasikan

4

Menganalisis

5

Mengevaluasi

6

Mencipta

A

PENGETAHUAN FAKTUAL







B

PENGETAHUAN KONSEPTUAL


Knegiatan 1

tujuan

Kegiatan 2

Kegiatan 7


C

PENGETAHUAN PROSEDURAL



Kegiatan 3


Kegiatan 6


D

PENGETAHUAN METAKOGNITIF

Kegiatan 4


Kegiatan 5




Keterangan:

Tujuan : ”siswa belajar menggunakan hukum elektrik dan hukum magnet untuk menyelesaikan persoalan”

Instruction Question

Walaupun tujuan dapat dikelompokkan dalam satu kotak, ketika kita memikirkan kegiatan instruksional lain yang mungkin digunakan oleh guru, kita akan melihat gambar yang lebih rumit dan diferensiatif. Sebagai contoh, jika siswa menerapkan hukum ilmiah, mereka mungkin (1) menentukan jenis masalah yang dihadapi, (2) memilih hukum yang dapat menyelesaikan persoalannya, (3) menggunakan tata cara agar dapat memanfaatkan hukum tersebut untuk menyelesaikan masalah. Kemudian, proses ‘menerapkan’ akan menyinggung dua wilayah sekaligus, yaitu pengetahuan konseptual (pengetahuan tentang jenis dan kategori masalah) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan mengenai langkah-langkah berikutnya untuk menyelesaikan masalah tersebut). Kegiatan instruksional dapat membantu siswa untuk membangun kedua jenis pengetahuan ini.

Perlu kita lihat kembali bahwa nyatanya istilah “menentukan”, “memilih” dan “menggunakan” secara berturut-turut sangat dekat dengan mengelompokkan (termasuk kategori memahami), membedakan (termasuk kategori menganalisis), dan menerapkan ( termasuk mengaplikasikan). Dengan demikian proses pembelajaran memberikan ruang kepada siswa untuk merambah ketiga wilayah tersebut sekaligus.

Kemudian, karena siswa mungkin saja melakukan kesalahan dalam pengelompokan, pembedaan, dan penerapan, cukup tepat ketika kemudian menekankan pengetahuan metakognitif selama mengajar. Sebagai contoh, siswa dapat diajari strategi untuk memantau keputusan dan pilihan mereka sepanjang prosesnya untuk melihat apakah yang mereka hasilkan ‘dapat dimengerti’. Pada akhirnya, siswa diminta melakukan proses checking dan critiquing yang merupakan asosiasi dari kategori ‘mengevaluasi’ .

Jawaban dari “instruction question” pada akhirnya menjadi lebih kompleks dari pertanyaan sebelumnya. Ia memberikan ruang bagi siswa untuk membangun pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif sekaligus dan melibatkan siswa dalam enam proses kognitif yang termasuk dalam kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi. Penempatannya dapat dilihat pada tabel berikut.

DIMENSI PENGETAHUAN

DIMENSI PROSES KOGNITIF

1

mengingat

2

memahami

3

mengaplikasikan

4

menganalisis

5

mengevaluasi

6

mencipta

A

PENGETAHUAN FAKTUAL







B

PENGETAHUAN KONSEPTUAL







C

PENGETAHUAN PROSEDURAL







D

PENGETAHUAN METAKOGNITIF







Keterangan:

Tujuan : ”siswa belajar menggunakan hukum elektrik dan hukum magnet untuk menyelesaikan persoalan”

Kegiatan 1 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengelompokkan masalah

Kegiatan 2 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa memilih hukum yang sesuai

Kegiatan 3 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menerapkan tata cara yang sesuai

Kegiatan 4 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengingat kembali strategi metakognitif

Kegiatan 5 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menerapkan strategi metakognitif

Kegiatan 6 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengecek penerapan prosedur

Kegiatan 7 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengkritisi kebenaran solusi mereka



Assesment Question

Untuk mengetahui tingkat kesuksesan belajar siswanya, seorang guru telah membuat setidaknya tiga keputusan penting:

  • apakah dia hanya menitik beratkan pada kolom tjjuan, atau sudahkah ia menilai efektivitas demkian banyak aktivitas pembelajaran yang dilakukan

  • sudahkah ia memadukan antara penilaian dengan pembelajaran yang dilakukan, ataukah ia hanya melakukan penilaian yang berdiri sendiri dengan tujuan menaikkan tingkat?

  • Bagaimana ia mengetahui bahwa tugas yang diberikannya untuk penilaian, telah melibatkan siswa dengan kecenderungan ‘menerapkan’ daripada ‘melaksanakan’.

Antara penilaian terfokus dengan penilaian terdistribusi

Penilaian terfokus adalah yang hanya dupusatkan pada aspek tertentu saja, sedangkan penilaian terdistribusi merujuk pada penilaian berbasis keseluruhan proses yang dialami oleh siswa.

Antara penilaian formatif dengan penilaian sumatif

  • penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengajaran, biasanya ditujukan untuk memicu siswa agar terus meningkatkan kemampuan. Contoh penilaian formatif: Pekerjaan Rumah, tugas yang dikerjakan di dalam kelas.

  • Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan setelah keseluruhan proses belajar mengajar selesai, lebih kepada mengukur tingkat kemampuan siswa. Contoh penilaian sumatif: ujian akhir

Menilai antara ‘menerapkan’ (implementing) dan melaksanakan (executing)

Keduanya sama-sama termasik kategori ‘mengaplikasikan(apply)’, bedanya adalah jika pelaksanaan lebih merujuk kepada situasi yang sama, sedangkan penerapan adalah jenis improvisasi yang dilakukan dalam kondisi yang mungkin sama sekali berbeda dengan kondisi awalnya.

Penilaian dan tabel taksonomi

Menyesuaikan dengan contoh yang kita ambil sebelumnya, maka bentuk penilaian yang mungkin adalah dengan menilai ketepatan prosedur yang dipilih oleh siswa dan menilai ketepatan jawaban yang diberikan oleh siswa.

Dalam kasus ini, dari 10 masalahpoin penilaian diberikan untuk “memilih prosedur yang benar”, yakni meliputi mengelompokkan masalah dengan benar (memahaim pengetahuan konseptual), memilih hukum yang tepat (menganalisis pengetahuan konseptual), dan menyelesaikan masalah (emnganalisis pengetahuan prosedural). Dengan demikian, jawaban atas pertanyaan mengenai penilaian ini dapat dimunculkan sebagai berikut.



DIMENSI PENGETAHUAN

DIMENSI PROSES KOGNITIF

1

mengingat

2

memahami

3

mengaplikasikan

4

menganalisis

5

mengevaluasi

6

mencipta

A

PENGETAHUAN FAKTUAL







B

PENGETAHUAN KONSEPTUAL


Kegiatan 1

Tes 1A

tujuan

Kegiatan 2

Tes 1B

Kegiatan 7


C

PENGETAHUAN PROSEDURAL



Kegiatan 3

Test 1C

Kegiatan 6


D

PENGETAHUAN METAKOGNITIF

Kegiatan 4


Kegiatan 5






Keterangan:

Tujuan : ”siswa belajar menggunakan hukum elektrik dan hukum magnet untuk menyelesaikan persoalan”

Kegiatan 1 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengelompokkan masalah

Kegiatan 2 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa memilih hukum yang sesuai

Kegiatan 3 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menerapkan tata cara yang sesuai

Kegiatan 4 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengingat kembali strategi metakognitif

Kegiatan 5 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menerapkan strategi metakognitif

Kegiatan 6 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengecek penerapan prosedur

Kegiatan 7 : kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengkritisi kebenaran solusi mereka

1A: Penilaian terkait mengelompokkan masalah dengan benar

1B: Penilaian terkait memilih hukum yang tepat

1C: Penilaian terkait menyelesaikan masalah



Allignment Question

Semakin banyak ruang yang terisi tujuan, satu atau lebih kegiatan instruksional, ditambah beberapa unsur penilaian, semakin menunjukkan tinggi derajat susunannya. Sedangkan, kolom yang hanya memiliki satu diantaranya, atau bahkan tidak sama sekali, merupakan indikasi lemahnya susunan. Untuk menghindari adanya kesalahan susunan, sebaiknya para guru meninjau ulang atau bahkan mengubah kalimat tujuan, jenis aktivitas pembelajaran, ataupun proses penilaian.

Aspek kata benda


pengetahuan


pemahaman


aplikasi


analisis


sintesis


evaluasi

Menjadi dimensi tersendiri dan terpisah


mengingat


memahami


menganalisis


mengevaluasi

Mencipta/

membuat





Aspek kata kerja

Mengaplikasikan/menerapkan





Dimensi proses kognitif







Kerangka awal kerangka baru kita (setelah diubah)

        1. Taksonomi kompetensi Afektif menurut Krathwohl,dkk

Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964) mengembangkan taksonomi tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang didalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam 5 kelompok

a. Pengenalan/receiving

Tujuan pembelajaran kelompok ini mengharapkan peserta didik untuk mengenal, bersedia menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Contoh kata kerja operasional:mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan.

b. Pemberian respon

Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap satu gagasan, benda, sistem nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta. Contoh kata kerja operasiona: mengikuti, berpartisipasi, berlatih

c. Penghargaan terhadap nilai

Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini peserta didik secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak yang meminta. Kata kerja operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan argumentasi.

d. Pengorganisasian

Pengorganisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatau sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada yang lain. Dalam hal ini peserta didik menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Kata kerja operasional memilih, memutuskan, memformulasikan, membandingkan, membuat sistematisasi.

e. Pengamalan

Pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsiten dengan sistem nilai tersebut. Kata kerja operasional menunjukkan sikap, menolak, mendemonstrasikan, menghindari.

        1. Taksonomi Kompetensi Psikomotor menurut Harrow

Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow (1972). Taksonomi Harrow ini juga menyusun tujuan psikomotor secara hierarkis dalam lima tingkat. Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuro-mascular, yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot.

a. Meniru

Tujuan pembelajaran pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Contoh kata kerja opersional: mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar, mengucapkan

b. Manipulasi

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Pemberian petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal. Contoh kata kerja operasionala yang digunakan: memfokuskan, menghidupkan.

c. Ketepatan gerakan

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan melakukan sesuatu perilaku tanpa contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang dan akurat. Dalam melakukan perilaku tersebut kecil kemungkinannya untuk membuat kesalahan. Contoh kata sifat yang menunjukkan tingkat presisi ini adalah: dengan tepat, dengan lancar, tanpa kesalahan.

d. Artikulasi

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh kata sifat yang menunjukkan artikulasi: selaras, terkoordinasi, stabil, lancar.

e. Naturalisasi

Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Peserta didik melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Contoh kata sifat yang menggambarkan tingkat naturalisasi: dengan otomatis, dengan sempurna, dengan lancar.

Penutup

Kompetensi menurut Hall&Jones (1976) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Terkait dengan evaluasi, Glasser berpendapat bahwa jika tujuan pembelajaran telah dirumuskan dengan baik, maka tujuan pembelajaran itulah menjadi acuan keberhasilan seorang peserta didik.

Dalam menentukan dan merumuskan tujuan pembelajaran, pengajar sering membatasi diri hanya menggunakan keterampilan atau kemampuan berpikir yang rendah, seperti kemampuan mengingat (recall). Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu memahami berbagai taksonomi tujuan, taksonomi tujuan ini selanjutnya disebut kompetensi akademik oleh nana syaodih (2003) untuk memperoleh wawasan yang luas tentang tujuan pembelajaran.

Taksonomi kompetensi dibagi menjadi tiga kelompok kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan penggunaan tabel taksonomi oleh para pendidik:

  • membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih meyleuruh mengenai tujuan pembelajaran mereka (baik tabel yang mereka buat sendiri maupun dibuat oleh orang lain); membantu para guru menjawab “learning question”nya.

  • sebagai dampak dari pemahaman tersebut, guru dapat menggunakan tabel tersebut untuk menentukan dengan baik mengenai cara mengajar dan cara melakukan penilaian; membantu para guru menjawab “instruction question” dan “assesment question”.

  • membantu para guru menentukan seberapa sukseskah tujuan, penilaian, dan kegiatan mengajar sama-sama cocok pada jalan yang berarti dan bermanfaat; membantu para guru menemukan jawaban atas “allignment question”.



Buku acuan:

Anderson, L.W. and D. R. Krathwohl. (2001). A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives New York: Longman

Dewi Salma P. (2007). Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Prenada

Suciati. (2005). Jakarta : Dikti








0 Responses

Posting Komentar