TEKNIK DAN INSTRUMEN EVALUASI
HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah suatu proses yang bersifat kontinu (terus menerus) tanpa henti, yang terdiri dari tiga tahan yaitu: 1). Pengembangan rencana pembelajaran, 2). Pelaksanaan pembelajaran dan 3). Penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran. Ketiga tahap pembelajaran tersebut harus dilakukan oleh guru/dosen secara berurutan. Evaluasi hasil pembelajaran adalah tahap yang paling akhir dalam siklus pembelajaran tersebut. Objek evaluasi pembelajaran dapat berupa evaluasi masukan (siswa, instrumental dan lingkungan), evaluasi proses (proses pembelajaran) dan evaluasi hasil (hasil pembelajaran). Untuk menghasilkan evaluasi pembelajaran yang baik maka diperlukan suatu teknik atau cara sehingga apa yang diharapkan dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatan keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam berbagai kesempatan pembahasan tentang evaluasi hasil belajar hampir selalu ditemui istilah Tes Hasil Belajar (achievement test). Tes mempunyai dua macam arti yaitu: 1). Instrumen evaluasi hasil belajar dan 2). Teknik atau prosedur evaluasi hasil belajar. Seperti yang diutarakan oleh Gronlund, 1981:5, Test is an instrument or systematic procedure for measurement a sample of behavior. Teknik melaksanakan evaluasi sering disebut jenis tagihan evaluasi hasil pembelajaran, sedangkan bentuk instrumen evaluasi hasil pembelajaran adalah alat evaluasi yang dipakai untuk memungut data hasil pembelajaran. Jenis tagihan evaluasi hasil pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu: 1). Jenis tagihan ujian dan 2). Jenis tagihan non-ujian. Jenis tagihan ujian dapat dibagi lagi menjadi tiga hal yaitu: 1). Ujian tertulis, 2). Ujian lisan dan 3). Evaluasi alternatif. Pembagian ini didasarkan pada bentuk jawaban ujian yang dilakukan oleh siswa.
Bentuk instrumen evaluasi hasil pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu: 1). Soal, 2). Non-soal dan 3). Penugasan. Bentuk instrumen untuk ujian adalah soal, yang bentuknya dapat berupa soal objektif atau soal esai (uraian). Pembagian instrumen ini didasarkan pada bentuk pertanyaannya. Jenis tagihan evaluasi non-ujian dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1). Pedoman observasi, Daftar Cek, Skala Lajuan. 2). Pedoman wawancara dan 3). Lembaran angket, skala sikap.
Berikut ini beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam merencanakan evaluasi. 1). Objektivitas. Guru/dosen harus merencanakan alat evaluasi secara objektif dalam arti benar-benar ingin mengetahui apa yang perlu diketahuinya. Dengan demikian alat evaluasi bentuk soal atau angket harus berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar mencakup: metode, bahan pengajaran, dan lain-lain. Guru/dosen tidak boleh menyusun bahan evaluasi terhadap materi pengajaran yang belum pernah dipelajari oleh peserta didik. Hal demikian bersifat subjektif dan merugikan. Guru/dosen juga harus belajar mengesampingkan aspek emosinya (sentimen) dalam relasi dengan peserta didik (kejengkelan atau keakrabannya). Kalau tidak, masalah sentimen ini dapat mempengaruhi proses evaluasi. 2). Kegunaan dan Relevansi. Guru/dosen harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betul absah (valid) untuk mengukur kemajuan belajar ataupun program pengajaran. Guru/dosen juga harus bersikap adil dalam memberikan jumlah soal atau pertanyaan yang akan dijawab peserta didik, sesuai dengan alokasi waktu. Pengerjaan soal ujian hendaknya tidak melampaui waktu yang dipakai dalam pengajaran. 3). Menyeluruh. Sebaiknya evaluasi yang dilakukan guru/dosen jangan bersifat sepihak, dalam arti hanya mengukur kemajuan atau kegagalan peserta didik. Ia juga harus berusaha menilai segi-segi lain yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar. Misalnya saja masalah kehadiran dan keaktifan diskusi dalam semua pertemuan, serta munculnya kreativitas dan kebersamaan dalam kerja kelompok. Dan masih banyak lagi prinsip-prinsip yang lainnya.
B. Teknik Evaluasi Hasil Belajar
1. Ujian
Ujian adalah suatu jenis teknik evaluasi hasil belajar dengan menggunakan bentuk instrumen evaluasi yang berupa butir soal. Butir soal adalah serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Pekerjaan atau jawaban siswa tersebut setelah diperiksa akan menghasilkan skor yang selanjutnya dengan cara tertentu diubah menjadi nilai. Dilihat dari bentuk jawabannya, teknik evaluasi hasil belajar ujian dapat dibagi menjadi: a). Ujian tertulis, b). Ujian lisan dan c). Ujian tindakan atau perbuatan. Dipandang dari waktu pelaksanaannya dibagi menjadi: a). Ujian tengah semester, b). Ujian akhir semester dan c). Ujian akhir program.
2. Non-ujian
Hasil pembelajaran dapat berupa pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap. Pengetahuan toeritik dapat diukur dengan bentuk instrumen evaluasi soal tertulis dan lisan. Ketrampilan dapat diukur dengan soal perbuatan. Sedangkan perubahan sikap dan pertumbuhan siswa hanya dapat diukur dengan teknik evaluasi non-ujian. Teknik ini berupa: observasi, wawancara dan angket.
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi secara tradisional telah dilakukan oleh para guru, sehingga para guru sudah terbiasa dengan evaluasi tersebut. Para guru sudah sangat familiar dengan jenis evaluasi yaitu: evaluasi tertulis, evaluasi lisan dan evaluasi perbuatan. Evaluasi dengan kertas dan pensil disebut evaluasi tradisional yang sering dipertentangkan dengan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah teknik evaluasi non-tradisional yang menggunakan instrumen evaluasi bervariasi, namun dalam Kurikulum 2004 atau KBK hanya disebutkan 4 (empat) macam, yaitu: kumpulan hasil karya siswa (portofolio), hasil kerja siswa (product), penugasan terhadap siswa (project) dan kinerja siswa (performance).
C. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar.
Instrumen evaluasi hasil belajar bidang studi dapat berbentuk soal hasil belajar dan non-soal hasil belajar. Instrumen evaluasi hasil belajar bentuk soal hasil belajar selalu memiliki jawaban yang benar atau jawaban yang salah. Pada instrumen evaluasi hasil belajar bentuk non-soal hasil belajar, jawabannya merupakan suatu skala. Instrumen evaluasi bentuk soal maupun non-soal terdiri atas sejumlah butir yang berupa pertanyaan dan penyataan.
Instrumen evaluasi hasil belajar bidang studi baik soal maupun non-soal harus memenuhi syarat sebagai instrumen evaluasi hasil belajar yang baik yaitu valid, reliabel dan objektif. Bersifat valid bila soal tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas soal ada dua yaitu validitas teoritis dan validitas empiris. Validitas teroritis terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk (perilaku).
Suatu soal disebut reliabel apabila soal tersebut dikenakan pada subjek sama dan waktu berbeda hasilnya tidak berbeda secara signifikan. Suatu soal yang valid selalu bersifat reliabel tetapi soal yang reliabel belum tentu valid. Sebagaimana validitas soal, di sini juga dikenal reliabilitas teoretis dan reliabilitas empiris.
1. Soal Uraian dan Objektif
Soal tertulis dapat berbentuk uraian dan objektif. Pada soal uraian, butir-butir soalnya berbentuk kalimat dan siswa harus menjawab dalam bentuk kalimat juga. Siswa dalam hal ini harus memiliki kemampuan menulis kalimat dengan cara dan bahasa ilmiah yang benar. Pada soal objektif, butir soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan dan diikuti dengan sejumlah alternatif jawaban. Siswa menjawab butir-butir soal dengan memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan.
a. Soal Uraian
Soal uraian dapat dideskripsikan berdasarkan tipe dan ragamnya. Dilihat dari tipenya, soal uraian dapat dibagi menjadi dua yaitu: uraian terbatas dan uraian bebas. Soal uraian terbatas adalah jawaban siswa dibatasi oleh rambu-rambu yang ditentukan dalam butir soal uraian tersebut. Ini berarti bahwa jawaban siswa bersifat memusat (konvergen). Ragam butir soal bentuk ini dapat berupa soal uraian melengkapi, jawaban singkat dan terbatas sederhana. Soal uraian bebas adalah siswa bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Jawaban siswa terhadap soal tersebut bersifat menyebar (divergen). Ragam butir soal ini ada dua yaitu soal uraian bebas sederhana dan soal uraian bebas ekspresif.
b. Soal objektif.
Soal objektif yang dimaksud di sini adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan. Siswa diminta memilih salah satu alternatif jawaban yang paling benar. Berdasarkan tipenya soal objektif dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1). Objektif benar-salah yaitu butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang memiliki 2 (dua) alternatif jawaban telah disediakan yaitu B jika benar dan S jika salah. Ragam dari tipe soal jenis ini dapat berupa: benar-salah sederhana dan benar-salah dengan koreksi. 2). Objektif menjodohkan adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan dengan jalan menjodohkan dengan yang paling benar. Ragam dari tipe soal jenis ini dapat berupa: menjodohkan sederhana dan menjodohkan hubungan sebab-akibat. 3). Objektif pilihan ganda yaitu butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan (umumnya) sebanyak 5 (lima) yaitu a, b, c, d dan e. Ragam dari soal tipe ini adalah biasa, hubungan antar hal, analisis kasus, kompleks dan membaca diagram.
2. Non-soal
Hasil pembelajaran dapat berupa pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap. Pengetahuan toeritik dapat diukur dengan bentuk instrumen evaluasi soal tertulis dan lisan. Ketrampilan dapat diukur dengan soal perbuatan. Sedangkan perubahan sikap dan pertumbuhan siswa hanya dapat diukur dengan teknik evaluasi non-ujian. Teknik ini berupa: observasi, wawancara dan angket.
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai gejala-gejala yang menjadi objek evaluasi. Tujuan observasi adalah untuk merekam atau mengumpulkan informasi gejala-gejala, baik berupa peristiwa (events), fakta (facts) dan perlakukan (treatments) dalam situasi sesungguhnya. Dilihat dari kerangka kerja observasi, dapat dibedakan menjadi: observasi berstruktur dan observasi tak berstruktur. Yang akan dipakai untuk dasar melakukan observasi yaitu pedoman observasi yang di dalamnya dapat berupa: Daftar cek (check list) yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Skala lajuan (rating scale) dalam daftar cek kita hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala lajuan gejala-gejala yang akan diobsevasi disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi kita lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang akan diukur.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah salah satu jenis teknik pengumpulan dan pencatatan data, informasi dan/atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antar pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Wawancara tidak langsung artinya pewawancara menyanyakan sesuatu melalui perantara orang lain, tidak langsung kepada sumbernya. Dasar untuk melakukan wawancara atau instrumen wawancara sering disebut dengan pedoman wawancara. Adapun prosedur penyusunan pedoman wawancara adalah sebagai berikut: membuat kisi-kisi atau lay-out pedoman wawancara, menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan, melaksanaan ujicoba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun sehingga dapat diperbaiki lagi untuk selanjutnya baru dilaksanakan kembali, mebuat pedoman wawancara.
c. Lembar Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali pelaksanaanya. Angket dilaksanakan secara tertulis sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Oleh karena itu, angket sering disebut juga sebagai wawancara tertulis. Bentuk instrumen evaluasi yang digunakan untuk dalam angket berupa lembar angket dan skala sikap. Lembar angket atau angket adalah alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi. Dipandang dari bentuknya, angket dibagi menjadi: angket berstruktur dan angket tak berstruktur. Skala merupakan suatu kecenderungan untuk menyenangi atau tidak menyenangi terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Untuk mengukur sikap, digunakan instrumen evaluasi yang disebut skala sikap. Salah satu instrumen skala sikap adalah skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, subjek tidak disuruh memilih pertanyaan-pertanyaan yang positif saja, tetapi juga memilih pertanyaan-pertanyaan yang negatif. Tiap butir dibagi menjadi lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Setiap pertanyaan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1 dan 0, sedangkan setiap pertanyaan negatif diberi bobot sebaliknya yaitu 0, 1, 2, 3 dan 4. Skala Likert biasanya menggunakan skala lima, tetapi dalam hal tertentu dapat pula menggunakan skala 3, 7 atau 9.
3. Penugasan
Adalah merupakan salah satu contoh evaluasi alternative. Penugasan atau sering disebut dengan proyek adalah dapat diberikan kepada siswa bentuknya sangat bervariasi, misalnya merancang alat untuk distilasi minyak kayu putih dari daunnya, merancang alat untuk menunjukkan pernafasan tumbuhan, merancang alat untuk menunjukkan peristiwa disfusi dan sebagainya.
D. Penutup
Evaluasi hasil belajar memiliki dua esensi pokok yaitu teknik evaluasi dan instrumen evaluasi. Yang memang kedua hal tersebut sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Proses evaluasi akan berhasil dengan baik jika antara teknik dan instrumen serta bagaimana teknik evaluasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi, karena dari setiap teknik evaluasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Suatu teknik evaluasi tertentu akan dipilih jika kelebihan dari suatu teknik evaluasi tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi tempat yang akan dievaluasi. Sebaliknya, suatu teknik evaluasi tidak akan digunakan karena mempertimbangkan kelemahan dari teknik evaluasi tersebut.
E. Daftar Pustaka
Abdul Gafur, dkk. (2004), Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas (SMA), Jakarta: Depdiknas.
Asmawi Zainal, (2001), Mengajar di Perguruan Tinggi, Buku 2.09 Applied Approad: Altenative Assesment, Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka
Fernandes, H. J. X., (1984), Evaluation of Educational Program, Jakarta: Evaluation and Curriculum Development.
Gronlund, N. E. (1981), Measurement and Evaluation in Teaching, 5th Ed. New York: MacMillan Publishing Co.
Hamzah B. Uno, dkk, (2001), Pengembangan Instrumen untuk Penelitian, Jakarta: Delima Press.
HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah suatu proses yang bersifat kontinu (terus menerus) tanpa henti, yang terdiri dari tiga tahan yaitu: 1). Pengembangan rencana pembelajaran, 2). Pelaksanaan pembelajaran dan 3). Penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran. Ketiga tahap pembelajaran tersebut harus dilakukan oleh guru/dosen secara berurutan. Evaluasi hasil pembelajaran adalah tahap yang paling akhir dalam siklus pembelajaran tersebut. Objek evaluasi pembelajaran dapat berupa evaluasi masukan (siswa, instrumental dan lingkungan), evaluasi proses (proses pembelajaran) dan evaluasi hasil (hasil pembelajaran). Untuk menghasilkan evaluasi pembelajaran yang baik maka diperlukan suatu teknik atau cara sehingga apa yang diharapkan dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatan keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam berbagai kesempatan pembahasan tentang evaluasi hasil belajar hampir selalu ditemui istilah Tes Hasil Belajar (achievement test). Tes mempunyai dua macam arti yaitu: 1). Instrumen evaluasi hasil belajar dan 2). Teknik atau prosedur evaluasi hasil belajar. Seperti yang diutarakan oleh Gronlund, 1981:5, Test is an instrument or systematic procedure for measurement a sample of behavior. Teknik melaksanakan evaluasi sering disebut jenis tagihan evaluasi hasil pembelajaran, sedangkan bentuk instrumen evaluasi hasil pembelajaran adalah alat evaluasi yang dipakai untuk memungut data hasil pembelajaran. Jenis tagihan evaluasi hasil pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu: 1). Jenis tagihan ujian dan 2). Jenis tagihan non-ujian. Jenis tagihan ujian dapat dibagi lagi menjadi tiga hal yaitu: 1). Ujian tertulis, 2). Ujian lisan dan 3). Evaluasi alternatif. Pembagian ini didasarkan pada bentuk jawaban ujian yang dilakukan oleh siswa.
Bentuk instrumen evaluasi hasil pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu: 1). Soal, 2). Non-soal dan 3). Penugasan. Bentuk instrumen untuk ujian adalah soal, yang bentuknya dapat berupa soal objektif atau soal esai (uraian). Pembagian instrumen ini didasarkan pada bentuk pertanyaannya. Jenis tagihan evaluasi non-ujian dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1). Pedoman observasi, Daftar Cek, Skala Lajuan. 2). Pedoman wawancara dan 3). Lembaran angket, skala sikap.
Berikut ini beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam merencanakan evaluasi. 1). Objektivitas. Guru/dosen harus merencanakan alat evaluasi secara objektif dalam arti benar-benar ingin mengetahui apa yang perlu diketahuinya. Dengan demikian alat evaluasi bentuk soal atau angket harus berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar mencakup: metode, bahan pengajaran, dan lain-lain. Guru/dosen tidak boleh menyusun bahan evaluasi terhadap materi pengajaran yang belum pernah dipelajari oleh peserta didik. Hal demikian bersifat subjektif dan merugikan. Guru/dosen juga harus belajar mengesampingkan aspek emosinya (sentimen) dalam relasi dengan peserta didik (kejengkelan atau keakrabannya). Kalau tidak, masalah sentimen ini dapat mempengaruhi proses evaluasi. 2). Kegunaan dan Relevansi. Guru/dosen harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betul absah (valid) untuk mengukur kemajuan belajar ataupun program pengajaran. Guru/dosen juga harus bersikap adil dalam memberikan jumlah soal atau pertanyaan yang akan dijawab peserta didik, sesuai dengan alokasi waktu. Pengerjaan soal ujian hendaknya tidak melampaui waktu yang dipakai dalam pengajaran. 3). Menyeluruh. Sebaiknya evaluasi yang dilakukan guru/dosen jangan bersifat sepihak, dalam arti hanya mengukur kemajuan atau kegagalan peserta didik. Ia juga harus berusaha menilai segi-segi lain yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar. Misalnya saja masalah kehadiran dan keaktifan diskusi dalam semua pertemuan, serta munculnya kreativitas dan kebersamaan dalam kerja kelompok. Dan masih banyak lagi prinsip-prinsip yang lainnya.
B. Teknik Evaluasi Hasil Belajar
1. Ujian
Ujian adalah suatu jenis teknik evaluasi hasil belajar dengan menggunakan bentuk instrumen evaluasi yang berupa butir soal. Butir soal adalah serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Pekerjaan atau jawaban siswa tersebut setelah diperiksa akan menghasilkan skor yang selanjutnya dengan cara tertentu diubah menjadi nilai. Dilihat dari bentuk jawabannya, teknik evaluasi hasil belajar ujian dapat dibagi menjadi: a). Ujian tertulis, b). Ujian lisan dan c). Ujian tindakan atau perbuatan. Dipandang dari waktu pelaksanaannya dibagi menjadi: a). Ujian tengah semester, b). Ujian akhir semester dan c). Ujian akhir program.
2. Non-ujian
Hasil pembelajaran dapat berupa pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap. Pengetahuan toeritik dapat diukur dengan bentuk instrumen evaluasi soal tertulis dan lisan. Ketrampilan dapat diukur dengan soal perbuatan. Sedangkan perubahan sikap dan pertumbuhan siswa hanya dapat diukur dengan teknik evaluasi non-ujian. Teknik ini berupa: observasi, wawancara dan angket.
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi secara tradisional telah dilakukan oleh para guru, sehingga para guru sudah terbiasa dengan evaluasi tersebut. Para guru sudah sangat familiar dengan jenis evaluasi yaitu: evaluasi tertulis, evaluasi lisan dan evaluasi perbuatan. Evaluasi dengan kertas dan pensil disebut evaluasi tradisional yang sering dipertentangkan dengan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah teknik evaluasi non-tradisional yang menggunakan instrumen evaluasi bervariasi, namun dalam Kurikulum 2004 atau KBK hanya disebutkan 4 (empat) macam, yaitu: kumpulan hasil karya siswa (portofolio), hasil kerja siswa (product), penugasan terhadap siswa (project) dan kinerja siswa (performance).
C. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar.
Instrumen evaluasi hasil belajar bidang studi dapat berbentuk soal hasil belajar dan non-soal hasil belajar. Instrumen evaluasi hasil belajar bentuk soal hasil belajar selalu memiliki jawaban yang benar atau jawaban yang salah. Pada instrumen evaluasi hasil belajar bentuk non-soal hasil belajar, jawabannya merupakan suatu skala. Instrumen evaluasi bentuk soal maupun non-soal terdiri atas sejumlah butir yang berupa pertanyaan dan penyataan.
Instrumen evaluasi hasil belajar bidang studi baik soal maupun non-soal harus memenuhi syarat sebagai instrumen evaluasi hasil belajar yang baik yaitu valid, reliabel dan objektif. Bersifat valid bila soal tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas soal ada dua yaitu validitas teoritis dan validitas empiris. Validitas teroritis terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk (perilaku).
Suatu soal disebut reliabel apabila soal tersebut dikenakan pada subjek sama dan waktu berbeda hasilnya tidak berbeda secara signifikan. Suatu soal yang valid selalu bersifat reliabel tetapi soal yang reliabel belum tentu valid. Sebagaimana validitas soal, di sini juga dikenal reliabilitas teoretis dan reliabilitas empiris.
1. Soal Uraian dan Objektif
Soal tertulis dapat berbentuk uraian dan objektif. Pada soal uraian, butir-butir soalnya berbentuk kalimat dan siswa harus menjawab dalam bentuk kalimat juga. Siswa dalam hal ini harus memiliki kemampuan menulis kalimat dengan cara dan bahasa ilmiah yang benar. Pada soal objektif, butir soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan dan diikuti dengan sejumlah alternatif jawaban. Siswa menjawab butir-butir soal dengan memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan.
a. Soal Uraian
Soal uraian dapat dideskripsikan berdasarkan tipe dan ragamnya. Dilihat dari tipenya, soal uraian dapat dibagi menjadi dua yaitu: uraian terbatas dan uraian bebas. Soal uraian terbatas adalah jawaban siswa dibatasi oleh rambu-rambu yang ditentukan dalam butir soal uraian tersebut. Ini berarti bahwa jawaban siswa bersifat memusat (konvergen). Ragam butir soal bentuk ini dapat berupa soal uraian melengkapi, jawaban singkat dan terbatas sederhana. Soal uraian bebas adalah siswa bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Jawaban siswa terhadap soal tersebut bersifat menyebar (divergen). Ragam butir soal ini ada dua yaitu soal uraian bebas sederhana dan soal uraian bebas ekspresif.
b. Soal objektif.
Soal objektif yang dimaksud di sini adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan. Siswa diminta memilih salah satu alternatif jawaban yang paling benar. Berdasarkan tipenya soal objektif dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1). Objektif benar-salah yaitu butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang memiliki 2 (dua) alternatif jawaban telah disediakan yaitu B jika benar dan S jika salah. Ragam dari tipe soal jenis ini dapat berupa: benar-salah sederhana dan benar-salah dengan koreksi. 2). Objektif menjodohkan adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan dengan jalan menjodohkan dengan yang paling benar. Ragam dari tipe soal jenis ini dapat berupa: menjodohkan sederhana dan menjodohkan hubungan sebab-akibat. 3). Objektif pilihan ganda yaitu butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan (umumnya) sebanyak 5 (lima) yaitu a, b, c, d dan e. Ragam dari soal tipe ini adalah biasa, hubungan antar hal, analisis kasus, kompleks dan membaca diagram.
2. Non-soal
Hasil pembelajaran dapat berupa pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap. Pengetahuan toeritik dapat diukur dengan bentuk instrumen evaluasi soal tertulis dan lisan. Ketrampilan dapat diukur dengan soal perbuatan. Sedangkan perubahan sikap dan pertumbuhan siswa hanya dapat diukur dengan teknik evaluasi non-ujian. Teknik ini berupa: observasi, wawancara dan angket.
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai gejala-gejala yang menjadi objek evaluasi. Tujuan observasi adalah untuk merekam atau mengumpulkan informasi gejala-gejala, baik berupa peristiwa (events), fakta (facts) dan perlakukan (treatments) dalam situasi sesungguhnya. Dilihat dari kerangka kerja observasi, dapat dibedakan menjadi: observasi berstruktur dan observasi tak berstruktur. Yang akan dipakai untuk dasar melakukan observasi yaitu pedoman observasi yang di dalamnya dapat berupa: Daftar cek (check list) yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Skala lajuan (rating scale) dalam daftar cek kita hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala lajuan gejala-gejala yang akan diobsevasi disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi kita lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang akan diukur.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah salah satu jenis teknik pengumpulan dan pencatatan data, informasi dan/atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antar pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Wawancara tidak langsung artinya pewawancara menyanyakan sesuatu melalui perantara orang lain, tidak langsung kepada sumbernya. Dasar untuk melakukan wawancara atau instrumen wawancara sering disebut dengan pedoman wawancara. Adapun prosedur penyusunan pedoman wawancara adalah sebagai berikut: membuat kisi-kisi atau lay-out pedoman wawancara, menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan, melaksanaan ujicoba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun sehingga dapat diperbaiki lagi untuk selanjutnya baru dilaksanakan kembali, mebuat pedoman wawancara.
c. Lembar Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali pelaksanaanya. Angket dilaksanakan secara tertulis sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Oleh karena itu, angket sering disebut juga sebagai wawancara tertulis. Bentuk instrumen evaluasi yang digunakan untuk dalam angket berupa lembar angket dan skala sikap. Lembar angket atau angket adalah alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi. Dipandang dari bentuknya, angket dibagi menjadi: angket berstruktur dan angket tak berstruktur. Skala merupakan suatu kecenderungan untuk menyenangi atau tidak menyenangi terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Untuk mengukur sikap, digunakan instrumen evaluasi yang disebut skala sikap. Salah satu instrumen skala sikap adalah skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, subjek tidak disuruh memilih pertanyaan-pertanyaan yang positif saja, tetapi juga memilih pertanyaan-pertanyaan yang negatif. Tiap butir dibagi menjadi lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Setiap pertanyaan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1 dan 0, sedangkan setiap pertanyaan negatif diberi bobot sebaliknya yaitu 0, 1, 2, 3 dan 4. Skala Likert biasanya menggunakan skala lima, tetapi dalam hal tertentu dapat pula menggunakan skala 3, 7 atau 9.
3. Penugasan
Adalah merupakan salah satu contoh evaluasi alternative. Penugasan atau sering disebut dengan proyek adalah dapat diberikan kepada siswa bentuknya sangat bervariasi, misalnya merancang alat untuk distilasi minyak kayu putih dari daunnya, merancang alat untuk menunjukkan pernafasan tumbuhan, merancang alat untuk menunjukkan peristiwa disfusi dan sebagainya.
D. Penutup
Evaluasi hasil belajar memiliki dua esensi pokok yaitu teknik evaluasi dan instrumen evaluasi. Yang memang kedua hal tersebut sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Proses evaluasi akan berhasil dengan baik jika antara teknik dan instrumen serta bagaimana teknik evaluasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi, karena dari setiap teknik evaluasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Suatu teknik evaluasi tertentu akan dipilih jika kelebihan dari suatu teknik evaluasi tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi tempat yang akan dievaluasi. Sebaliknya, suatu teknik evaluasi tidak akan digunakan karena mempertimbangkan kelemahan dari teknik evaluasi tersebut.
E. Daftar Pustaka
Abdul Gafur, dkk. (2004), Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas (SMA), Jakarta: Depdiknas.
Asmawi Zainal, (2001), Mengajar di Perguruan Tinggi, Buku 2.09 Applied Approad: Altenative Assesment, Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka
Fernandes, H. J. X., (1984), Evaluation of Educational Program, Jakarta: Evaluation and Curriculum Development.
Gronlund, N. E. (1981), Measurement and Evaluation in Teaching, 5th Ed. New York: MacMillan Publishing Co.
Hamzah B. Uno, dkk, (2001), Pengembangan Instrumen untuk Penelitian, Jakarta: Delima Press.
Posting Komentar