CHE
Evaluasi pembelajaran atau lebih tepat evaluasi program pembelajaran adalah suatu bentuk evaluasi program dalam bidang pendidikan. Program pembelajaran adalah salah satu jenis program pendidikan. Program pendidikan, program pembelajaran dan evaluasi program pembelajaran mempunyai hubungan yang sangat erat. Bila program pembelajaran dianggap sebagai suatu bentuk sistem, program pembelajaran terdiri atas komponen masukan (peserta didik, instrumental, dan lingkungan alami serta sosial); komponen proses pembelajaran (proses pembelajaran), dan komponen hasil pembelajaran.

PROGRAM PEMBELAJARAN














Gambar 1. Program Pembelajaran








Bila program pembelajaran dianggap sebagai suatu bentuk komunikasi program pembelajaran terdiri atas komponen komunikator (guru), komunikan (peserta didik), pesan (materi), sistem penyampaian, dan konteks. Objek evaluasi program pembelajaran atau evaluasi pembelajaran terdiri atas evaluasi terhadap komponennya yaitu evaluasi masukan, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN














Gambar 2. Evaluasi Program Pembelajaran

Pembelajaran berarti proses interaksi antara peserta dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Siklus pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
(a) membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru/dosen dengan standar proses
(b) mengidentifikasi kinerja guru/dosen dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru/dosen.
Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru/dosen dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

SIKLUS PEMBELAJARAN












Gambar 3. Siklus Pembelajaran

II. PEMBAHASAN
A. Pentingnya Evaluasi
Evaluasi menempati posisi yang sangat strategis dalam pembelajaran. Sedemikian penting evaluasi ini sehingga tidak ada satu pun usaha untuk memperbaiki mutu pembelajaran yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi. Tetapi, manfaat evaluasi tidak hanya terbatas pada “peningkatan kualitas pembelajaran”, meskipun manfaat ini adalah manfaat yang terpenting. Adapun manfaat evaluasi pembelajaran yaitu :
1. Memahami sesuatu
Dalam hal ini, seorang dosen membutuhkan berbagai informasi tentang sesuatu agar proses perkuliahan atau yang akan dilakukan nanti akan berjalan secara optimal. Misalnya seorang dosen membutuhkan informasi yang cukup tentang calon mahasiswa yang akan diajarinya, agar dengan demikian ia mampu menentukan pengetahuan awal (entry behavior) yang dimiliki mahasiswa atau hal-hal lain secara tepat.
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi yang relevan diajukan, antara lain:
a. Apakah mahasiswa sudah cukup menguasai beberapa mata kuliah yang menjadi prasyarat mata kuliah yang saya asuh ini?
b. Berapa banyak mahasiswa yang memiliki cukup fasilitas yang disyaratkan oleh mata kuliah ini?
c. Bagaimana tingkat motivasi mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah ini? Mengapa mereka mengambil mata kuliah ini, dan bukan mata kuliah yang lain?
Dosen mungkin juga melakukan evaluasi terhadap keberadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam perkuliahan. Dalam hal ini beberapa contoh pertanyaan evaluasi
a. Apakah bahan-bahan yang akan dipakai dalam praktek laboratorium nanti sudah tersedia dalam jumlah yang cukup?
b. Apakah ukuran ruang kuliah sebanding dengan jumlah mahasiswa yang mendaftar dalam mata kuliah ini? Apakah saya akan bertalian dengan perkuliahan yang acak-acakan dan tak terkontrcl ini sampai akhir semester nanti?
c. Apakah OHT vans selama ini saya gunakan tidak perlu diperbaiki?
Kadangkala, dosen juga merasa perlu memahami dirinya sendiri. Dosen, misalnya, dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti berikut ini:
a. Apakah ada hal-hal yang perlu saya lakukan untuk meningkatkan diri saya sebagai dosen?
b. Apakah perkuliahan berikutnya ini akan sama saja dengan perkuliahan yang sudah saya lakukan selama 15 tahun terakhir ini?
c. Apakah persiapan saya dalam semester berikut ini sudah cukup memadai?
2. Membuat Keputusan
Yang lebih sering terjadi, seorang dosen melakukan evaluasi proses pembelajaran hanya setelah perkuliahan itu sendiri selesai akhir semester. Ini pun tidak ada salahnya dan bahkan sangat dianjurkan dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas evaluasi proses pembelajaran di perkuliahan berikutnya. Beberapa contoh pertanyaan yang biasa diajukan dosen adalah:
a. Bagaimana pendapat mahasiswa terhadap PBM selama satu semester ini?
b. Apakah PBM selama satu semester ini sesuai dengan rencana PBM yang sudah saya buat di awal semester? Jika ada perubahan, apakah bentuk perubahan itu dan mengapa terpaksa berubah?
c. Apakah tim dosen dalam mata kuliah ini telah bekerja dengan baik dan kompak?
Semua jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat digunakan sebagai masukan untuk membuat keputusan seperti, misalnya, apakah tim dosen yang sekarang ini ada perlu diperbaiki formasinya, apakah strategi PBM yang selama ini dipakai perlu diganti dengan yang lain, atau apakah cara mengajar dosen perlu diubah.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran
Sebagian atau seluruh hasil evaluasi akhir semester ini biasanya digunakan sebagai bahan renungan evaluasi untuk memperbaiki PBM di perkuliahan berikutnya. Pertanyaan¬pertanyaan yang penting diajukan antara lain:
a. Dua puluh persen mahasiswa temyata gagal lulus dalam mata kuliah ini. Apa penyebabnya?
b. Sebagian besar mahasiswa (rnelalui jawaban kuesioner) mengatakan bahwa saya sangat menguasai materi perkuliahan. Tetapi, sebagian besar dari mereka juga mengatakan bahwa cara mengajar saya kurang sistematis. Benarkah kesimpulan mahasiswa ini? Jika benar, bagian perkuliahan yang mana yang tidak sistematis?
c. Mahasiswa mengatakan bahwa saya tidak menggunakan media instruksional dengan baik. Apa yang perlu saya lakukan untuk memperbaiki keadaan ini

B. OBJEK EVALUASI
Secara lengkap, suatu proses pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:



MASUKAN PROSES KELUARAN
(INPUT) (PROSESS) (OUTPUT)




MAHASISWA PELAKSANAA STRATEGI PEMB HASIL BELAJAR
MATERI PERKULIAHAN MEDIA PEMBELAJARAN
SARANA PERKULIAHAN CARA DOSEN MENGAJAR
DOSEN CARA MAHASISWA BELAJAR
KURIKULUM
RENCANA STRATEGI
PERKULIAHAN


Contoh-contoh hal (objek) yang perlu dievaluasi yang termasuk input adalah:
1. Mahasiswa (Bagaimana entry behavior yang dimiliki mahasiswa?)
2. Materi perkuliahan (Apakah bahan perkuliahan yang akan digunakan dalam mata kuliah ini cukup relevan dan mutakhir atau up-to-date?)
3. Sarana perkuliahan (Apakah ruang kuliah cukup memadai? Apakah bahan-bahan dan alat-alat praktek sudah tersedia?
4. Dosen (Apakah semua anggota tim dosen sudah memahami tugas dan kewajiban mereka dalam mata kuliah ini?)
5. Kurikulum (Apakah isi Garis-garis Besar Program Pengajaran tidak perlu direvisi?)
6. Strategi perkuliahan (Strategi apakah yang paling cocok untuk mata kuliah ini?)

Contoh-contoh hal (objek) yang perlu dievaluasi yang termasuk prosess adalah:
1. Strategi perkuliahan (Apakah strategi digunakan dalam mata kuliah ini telah terbukti efektif?)
2. Media instruksional (Apakah media yang ada telah dimanfaatkan secara optimal?)
3. Cara mengajar dosen (Apakah cara mengajar dosen dalam mata kuliah ini telah berhasil membantu mahasiswa belajar secara baik?)
4. Cara belajar mahasiswa (Apakah cara belajar mahasiswa dalam mata kuliah ini efektif?)

Objek evaluasi yang termasuk. dalam komponen output adalah hasil belajar mahasiswa (Bagaimana prestasi mahasiswa dalam mata kuliah ini?). Dalam hal ini, evaluasi terhadap komponen terakhir ini lazimnya diperlakukan terpisah dari objek evaluasi lainnya. Evaluasi terhadap output 'PBM adalah evaluasi hasil belajar mahasiswa dan lazim disebut sebagai "Tes dan pengukuran hasil belajar".









C. PROSES EVALUASI










Gambar 4. Meta Evaluasi

1. Tahap pertama: Penentuan Tujuan
Pada tahap pertama ini, semua tujuan evaluasi ditentukan. Proses ini sangat penting sebab tahap inilah yang akan sangat menentukan corak dan proses evaluasi secara keseluruhan. Dengan tujuan-tujuan yang jelas dan rinci, maka langkah-langkah berikutnya dapat dengan mudah diramalkan siapa yang akan melaksanakan apa, kapan, dan bagaimana.
Formulasi tujuan ini tidak harus selalu berbentuk pernyataan, tapi bisa juga dalam bentuk pertanyaan. Yang penting, tujuan-tujuan itu hams jelas sedemikian rupa sehingga tujuan-tujuan itu mampu 'menjelaskan sendiri'. Dalam bahasa yang lebih teknis, tujuan-tujuan itu harus terjabarkan dalam bahasa dan langkah operasional sehingga mudah dipahami, dilaksanakan dan diukur.
Beberapa contoh tujuan evaluasi :
q Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dosen dalam hal menyelenggarakan PBM?
q Menurut mahasiswa dan rekan-rekan dosen, apakah media yang saya gunakan dalam PBM selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan, serta efisien-efektif?
q Evaluasi iui bertujuan untuk mengukur efektivitas metode diskusi kelorupok yang telah digunakan dalam tiga minggu pertama semester ini.
q Tujuan evaluasi ini adalah untuk mencari masukan dari administrator, rekan dosen, dan mahasiswa tentang masalah-masalah yang biasa muncul dalam kegiatan KKN.
Untuk memudahkan pekerjaan, baik juga kita membuat suatu matriks yang berisi informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan tahap penentuan tujuan ini. Pada tahap ini, matriks yang dimaksud hanya berisi tiga kolom, yaitu kolom nomor, informasi yang dibutuhkan, dan indikator. Contohnya adalah sebagai berikut:

Rencana Evaluasi

No Informasi yang dibutuhkan Indikator
1 Persepsi mahasiswa terhadap kemampuan staf pengajar dalam proses pembelajaran • Penguasaan staf pengajar terhadap materi pembelajaran
• Kemampuan staf pengajar dalam menjelaskan materi pembelajaran
• Kemampuan staf pengajar dalam menggunakan media pembelajaran
• Kemampuan staf pengajar dalam membangkitkan motivasi dan respon mahasiswa
Tabel. 1 Rencana Evaluasi

2. Tahap Kedua: Desain Evaluasi
Jika tujuan-tujuan evaluasi sudah ditentukan, maka tahap berilr.utnya, pe,ancangan (desain) evaluasi mulai dilakukan. Pada tahap ini, dua hal ditentukan, yakni pendekatan evaluasi apa yang paling tepat agar tujuan-tujuan evaluasi yang sudah ditentukan dapat tercapai secata optimal dan siapa yang akan melakukan evaluasi.
Dalam hal siapa yang akan melakukan evaluasi ini, bisa dilakukan oleh orang luar (external evaluator) atau orang dalam (internal evaluator) dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri. Jika evaluasi dilakukan oleh orang luar (konsultan, ahli evaluasi yang disewa, dosen lain, mahasiswa dan sebagainya), ada kemungkinan proses evaluasi akan berjalan secara lebih objektif dan akan menelorkan hasil-hasil yang lebih objektif pula. Kerugiannya, proses evaluasi mungkin akan berjalan lebih lama dan bertele-tele.
Jika orang dalam (misalnya dosen itu sendiri) yang mengadakan evaluasi, ada kemungkinan proses evaluasi akan lebih cepat dilakukan dan lebih sedikit memakan biaya. Tapi proses ini mungkin akan menelorkan hasil-hasil yang lebih subjektif. Apalagi jika evaluatornya adalah mereka yang mempunyai vested interest tertentu, maka besar kemungkinan mereka akan melaporkan kebenaran yang kira-¬kira tidak akan menimbulkan ekses negatif. Untuk mengurangi beberapa kelemahan yang ada, biasanya orang dalam dan orang luar dipakai bersama-sama.
Selain itu, pada tahap kedua ini pula waktu (penjadwalan) pelaksanaan evaluasi, strategi (tehnik dan instrumen lintuk mengumpulka, data), serta anggaran yang dibutuhkan perlu dirancang/ditetapkan.

3. Tahap Ketiga: Pengembangan Instrumen Evaluasi
Setelah tujuan evaluasi ditentukan, dan desain umumnya sudah diselesaikan, tahap selanjutnya adalah membuat instrurnennya. Dalam hal ini setidaknya ada empat macarn instrumen yang selarna ini lazim digunakan dalam suatu evaluasi PBM, yakni kuesioner, interviu, observasi, dan reviu dokumen.
Kuesioner dan interviu pada dasamya sama. Kedua istilah ini digunakan hanya untuk membedakan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner cenderung tertutup dan terstruktur, sedangkan pertanyaan-pertanyaan interviu biasanya terbuka dan fleksibel (walaupun interviu yang sangat terstruktur, dan karena itu tidak fleksibel, juga ada). Observasi atau pengamatan sudah cukup populer. Sedangkan reviu dokumen adalah cara menggali informasi dengan jalan meneliti berbagai dokumen (kurikulum, buku teks, rencana mengajar, peraturar-peraturan tertulis dan sebagainya).

4. Tahap Keempat: Pengumpulan Data
Data atau informasi bisa terkumpul hanya jika sumber informasi itu mau memberikan informasinya kepada evaluator. Dan hal ini tergantung pula pada macam informasi yang hendak dikumpulkan. Ada informasi deskriptif seperti peraturan-peraturan, kebijakan, rencana, dan sebagainya, yang kesemuanya secara objektif sudah ada. Tapi ada pula jenis informasi judgemental (penilaian) seperti pendapat, kepercayaan, nilai-nilai yang dianut, dan sebagainya, yang kesemuanya itu lebih bersifat subjektif dan karena itu biasanya lebih sulit diungkapkan (karena berbagai alasan).
Untuk mempermudah proses pengumpulan data, beberapa hal yang harus dicek kembali adalah:
 Responden (Siapa yang akan menjadi responden-nya? Jika responden perlu diberitahu tentang evaluasi ini, apakah mereka sudah diberitahu? ).
 Instrumen (Apakah instrumen sudah sejalan dengan tujuan evaluasi? Apakah instrumen sudah dirancang dengan baik? Apakah instrumen sudah diperbanyak sesuai dengan jumlah responden? Dst.)
 Tempat dan waktu (Apakah tempat dan waktu evaluasi sudah ditentukan dengan cerrnat agar proses pengumpulan data beijalan secara optimal? Jika tempat dan waktu terpaksa harus diubah, apakah responden sudah diberitahu perubahan tersebut? Apakah perubahan ini mempunyai pengaruh terhadap data yang dibutuhkan?)

5. Tahap Kelima: Analisis dan Interpretasi Data
Langkah berikutnya adalah menganalisis dan menafsirkan data yang terkumpul. Dengan adanya berbagai program komputer untuk menganalisis data, proses analisis data dapat dilakukan dengan lebih cepat dan Iebih mudah. Meskipun demikian, tingkat kerumitan analisis dan interpretasi data juga tergantung dar keluasan tujuan evaluasi ciLn kerumitan instrumer.. Jika tujuan evaluasi sangat sederhana, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data juga sangat sederhana, maka analisis dan interpretasi data juga akan sangat sederhana.
Jika masalahnya cukup rumit, sedangkan sarana pemrosesan data seperti program komputer tidak tersedia. maka proses analisis ini mungkin akan memakan waktu yang lama karena semua perhitungan harus dikerjakan secara manual. Tetapi, jika program komputer untuk menganalisis data tersedia, maka proses data akan berlangsung cepat dan (biasanya) lebih teliti.

6. Tahap Keenam: Tindak Lanjut
Sedikitnya ada tiga hal yang dapat dilakukan setelah proses evaluasi selesai dilaksanakan, yaitu: (1) melaporkan hasil evaluasi, (2) mengambil keputusan instruksional, dan (3) mengadakan meta evaluasi.
Adakalanya hasil evaluasi harus dilaporkan, adakalanya tidak. Jika hasil evaluasi harus dilaporkan, maka harus ditentukan bagaimana dan kepada siapa hasil-hasil itu dilaporkan. Proses ini tidak selalu mudah dilakukan. Kalau pun tidak sukar menentukan bagaimana, seringkali tidak mudah menentukan apa yang perlu dilaporkan dan kepada siapa laporan itu ditujukan. Beberapa informasi mungkin harus diketahui oleh beberapa orang seperti Dekan, Ketua Jurusan, dsb. Tapi informasi yang sama mungkin tidak ada gunanya diketahui oleh personil yang mempunyai tingkatan jabatan lebih rendah dari itu. Sebuah informasi mungkin terlalu sensitif jika diumumkan secara terbuka, tapi informasi yang lain justru harus diumumkan secara terbuka.
Kemungkinan kegiatan tindak lanjut kedua adalah mengambil keputusan instruksional. Misalnya saja, jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa suatu metode pengajaran tertentu ternyata tidak efektif, maka evaluator seyoganya mengambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki kekurangan yang ada, jika perlu mengganti sama sekali metode yang tidak efektif itu dengan metode lain.
Akhirnya, evaluasi pun perlu dievaluasi. Evaluasi terhadap evaluasi inilah yang, disebut meta evaluasi. Dalam hal ini, perlu dijawab apakah proses evaluasi telah berjalan sesuai dengan rencana, apakah semua tujuan evaluasi sudah tercapai, dan sebagainya. Dalam hal ini pun organisasi bisa menugaskan orang luar atau orang dalam untuk mengadakan meta evaluasi. Dari semua langkah dalam proses evaluasi, langkah terakhir inilah yang paling jarang dilakukan.

III. KESIMPULAN
Evaluasi proses pembelajaran merupakan merupakan salah satu bagian penting dari evaluasi program pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran penting dilaksanakan untuk memahami sesuatu, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membuat keputusan. Sedangkan yang menjadi objek evaluasi yaitu (input), proses, dan keluaran (output).
Dalam melaksanakan evaluasi program pembelajaran terdapat enam tahapan yaitu:
1. Penentuan Tujuan
2. Desain evaluasi
3. Pengembangan Instrumen
4. Pengumpulan Data
5. Analisis dan Interpretasi Data
6. Tindak Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.uksw.edu/evaluasi.html/ dikunjungi 8 Mei 2007.
http://blogpersimpangan.com/evaluasihasilbelajar.html/ dikunjungi 8 Mei 2007.
Prasetyo Irawan. 2001. Evaluasi Proses belajar Mengajar. UT. Jakarta.
Sukardjo. 2008. Handout Mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarata.

0 Responses

Posting Komentar