CHE
A. PENDAHULUAN
Pada bab sebelumnya telah dipelajari mengenai identifikasi keterampilan dan pengetahuan yang diajarkan. Dari evaluasi kebutuhan tujuan diidentifikasi kemudian dianalisa untuk menentukan langkah-langkah yang lebih spesifik. Analisa selanjutnya digunakan mengidentifikasi (1) subordinat skill yang harus ada dalam pembelajaran dan (2) entry skill pelajar yang harus dimulai dalam pembelajaran.

Desainer tidak hanya menentukan yang diajarkan tetapi juga menentukan karakteristik siswa, konteks pembelajaran yang akan diberikan dan konteks keterampilan yang akan digunakan. Kita mengacu pada jenis analisa ini yaitu analisa pelajar dan analisa konteks.
Dalam bab ini kita mengidentifikasi seperangkat variabel dimana sejumlah penelitian telah menemukan indikasi-indikasi yang mempengaruhi pembelajaran. Hal yang penting lainnya dalam proses desain adalah analisa terhadap konteks dimana pembelajaran akan terjadi dan konteks dimana siswa akan menggunakan keterampilan mereka. Contoh, siswa diajarkan sebuah keterampilan di dalam kelas, mendemonstrasikan penguasaan terhadap post test dan cara-cara belajar lainnya. Siswa menggunakan keterampilan matematika yang dipelajari sekarang sebagai bekal untuk kelas matematika selanjutnya. Dalam situasi ini, konteks belajar dan konteks penggunaan skills sama pentingnya.
Seperti yang dinyatakan pada bab 3 dan 4 langkah-langkah analisa pengajaran dan analisa siswa dan konteks sering digunakan secara simultan sebagai satu kesatuan, sehingga informasi dikumpulkan dari setiap komponen.

B. PEMBAHASAN
1. Analisa Pebelajar
Mari kita mulai dengan mempertimbangkan bahwa pebelajar mendapatkan seperangkat pengajaran. Kita akan mengacu pada pebelajar ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai pengajaran secara tepat.
Informasi apa yang diperlukan oleh perancang instruksional mengenai target population ? Informasi yang berguna meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan awal tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4). Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang disukai, (7). Sikap terhadap pengelolana pemberian pengajaran, dan (8). Karakteristik kelompok.
a. Perilaku Awal
Sebagai awal dalam memulai pengajaran, anggota target populasi harus telah menguasai kemampuan tertentu (sebagai perilaku awal) yang dihubungkan dengan tujuan pembelajaran.
Sebagian besar penelitian pembelajaran terbaru menekankan pada pentingnya dalam menentukan mengenai apa yang telah diketahui oleh pebelajar mengenai topik-topik yang akan diajarkan. Mereka sering mempunyai pengetahuan secara parsial atau mis-konsep mengenai topik tertentu. Ketika kita mengajar, pebelajar akan menginterpretasikan apa yang dikatakan kemudian dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran mereka sebelumnya. Mereka membangun pengetahuan baru dengan membangun pemahaman awal yang telah mereka miliki; oleh karena itu hal ini sangat penting bagi perancang instruksional dalam menentukan range dan nature pengetahuan awal pebelajar.
b. Sikap Terhadap Isi dan Sistem Penyampaian
Pebelajar mempunyai kesan atau sikap mengenai topik yang akan diajarkan dan bahkan mungkin bagaimana materi tersebut diajarkan. Contoh, target populasi tidak tertarik dalam penguasaan rumus-rumus dan teknik-teknik yang diperlukan dalam listrik karena mereka tidak tertarik. Mereka akan tertarik belajar terhadap keterampilan-keterampilan baru jika perusahaan menyediakan mereka dengan PDA yang akan mensinkronisasikan file-file dengan komputer. Perancang instruksional harus memutuskan dari sebuah sampel pebelajar, pengalaman belajar sebelumnya, pengetahuan, dan sikap terhadap isi pengajaran yang akan diberikan dalam pengajaran. Perancang instruksional seharusnya juga memutuskan harapan siswa terhadap bagaimana pengajaran yang diberikan.
c. Motivasi Belajar (ARCS)
Para instruktur menganggap bahwa tingkat motivasi siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai pengajaran yang sukses. Para guru melaporkan bahwa ketika siswa mempunyai tingkat motivasi atau interest yag rendah terhadap topik tertentu, pembelajaran hampir tidak terjadi. Keller (1987) mengembangkan sebuah model motivasi yang diperlukan dalam kesuksesan belajar tersebut, dan dia menyarankan bagaimana menggunakan model ini dalam merancang pengajaran yang efektif. Model dari Keller disebut dengan model ARCS (perhatian, relevansi, kepercayaan dan kepuasan).
d. Tingkat Pendidikan dan Kemampuan
Menentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum siswa. Informasi ini akan membantu mendapatkan gambaran jenis pengalaman pengajaran yang mereka alami dan mungkin kemampuan mereka dalam mengatasi masalah terhadap pendekatan baru dan berbeda dalam pengajaran.
e. Pembelajaran yang Disukai
Temukan keterampilan belajar dan kesukaan serta minat pebelajar untuk mendapatkan model pembelajaran yang sesuai. Dengan kata lain, apakah pebelajar menyukai pendekatan ceramah atau diskusi dalam belajar atau apakah mereka mengalami pendekatan belajar yang lain seperti studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, kelas seminar atau pembelajaran mandiri melalui web site ?. Semakin banyak temuan mengenai gaya belajar dan gaya belajar secara individu maka pengajaran yang efektif semakin mudah dilaksanakan.
f. Sikap terhadap Pengelolaan Pelatihan
Tentukan sikap populasi pebelajar terhadap pengelolaan pengajaran. Apakah mereka mempunyai pandangan yang positif, pandangan yang konstruktif baik mengenai manajemen dan teman sejawatnya, atau apakah mereka acuh terhadap kepemimpinan yang ada dan apakah kemampuan yang mereka miliki sesuai dengan pelatihan yang diselenggarakan?. Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa sikap-sikap yang menunjang terhadap kesuksesan pengajaran adalah berkaitan dengan keterampilan baru yang dapat diterapkan di tempat kerja.
g. Karakteristik Kelompok
Analisa pebelajar secara benar akan menghasilkan dua jenis informasi tambahan yang dapat mempengaruhi dalam merancang pengajaran. Pertama, tingkat keragaman populasi pebelajar. Kedua, interaksi langsung yang terjadi pada populasi pebelajar. Hal ini untuk mendapatkan dan mengembangkan kesan terhadap apa yang mereka ketahui dan bagaimana perasaan mereka.
Variabel-variabel pebelajar ini akan sangat berguna dalam menyeleksi dan mengembangkan tujuan pengajaran dan sangat mempengaruhi dalam menentukan strategi pengajaran, variabel-variabel tersebut akan membantu perancang instruksional dalam mengembangkan strategi pengajaran dan memberikan jenis-jenis contoh yang dapat digunakan dalam mengilustrasikan pokok-pokok penting dalam pengajaran, metoda atau cara yang digunakan dalam pengajaran dan keterampilan praktis yang relevan dengan pebelajar.
2. Pengumpulan Data untuk Analisa Pebelajar
Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam mengumpulkan data pebelajar. Salah satu metode tersebut adalah metode interview kepada manager, guru dan siswa sendiri. Wawancara tersebut akan menghasilkan informasi yang berharga mengenai siswa meliputi perilaku, tujuan, sikap, dan tingkat keterampilannya. Selama site visit, perancang instruksional dapat juga melakukan observasi terhadap performance dan konteks pengajarannya. Selain itu perancang juga dapat mengunakan metode survey dan menyebarkan angket/quisioner untuk memperoleh data siswa mengenai minat, tujuan, sikap, dan tingkat keterampilannya. Sebagai infromasi tambahan perancang juga dapat melakukan pre-test untuk mendapatkan data siswa mengenai perilaku awal, pengetahuan dan keterampilan.
Hasil; Hasil dari analisa pebelajar meliputi sebuah deskripsi siswa mengenai (1). Perilaku dan pengetahuan awal mengenai topik tertentu, (2). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (3). Motivasi belajar, (4). Tingkat kemampuan dan prestasi sebelumnya, (5). Pembelajaran yang disukai, 6). Sikap terhadap pengelolaan pelatihan, dan (7). Karakteristik kelompok.
3. Analisa terhadap Kinerja
Perancang harus konsen pada pengaturan karakteristik yang meliputi keterampilan dan pengetahuan yang akan digunakan. Pengajaran yang menyenangkan merupakan bagian yang integral, yang berkaitan dengan analisa kebutuhan. Analisa kebutuhan berdasarkan pada idenfikasi permasalahan kinerja yang dapat diselesaikan melalui pengajaran. Pengajaran harus memberikan kontribusi terhadap keterampilan dan sikap pebelajar yang akan digunakan, jika tidak di tempat kerja, hal ini bisa diterapkan di ruang kelas. Oleh karena itu seorang perancang harus mengetahui lingkungan pebelajar yang mana para pebelajar akan menerapkan keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat.
a. Pengelolaan atau Dukungan Supervisor
Kita harus belajar tentang pengorganisasian yang mendukung terhadap pengharapan pebelajar untuk menerima keterampilan-ketrampilan tersebut. Penelitian menegaskan bahwa satu indikator kuat dalam penggunaan keterampilan baru tersebut adalah pengaturan (disebut Transfer of training) yang harus diterima oleh pebelajar.
b. Aspek Fisik
Aspek kedua dari analisa konteks adalah aspek fisik dimana keterampilan tersebut akan diterapkan. apakah mereka menggunakannya berdasarkan perlengkapan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber-sumber yang lain ? Data-data ini dapat digunakan untuk merancang sebuah pelatihan sehingga keterampilan tersebut dapat diterapkan pada lingkungan atau situasi yang mirip dengan tempat kerja.
c. Aspek Sosial
Pemahaman terhadap konteks sosial dimana keterampilan tersebut diterapkan merupakan point yang penting untuk merancang pengajaran yang efektif. Dalam menganalisa aspek sosial tersebut, beberapa pertanyaan yang relevan dapat diajukan yaitu: apakah pebelajar bekerja sendiri atau merupakan amggota tim? Apakah pebelajar bekerja secara mandiri atau apakah mereka bekerja mempresentasikan konsep atau ide nya dalam pertemuan staf atau supervisor ? apakah keterampilan yang dipelajari berguna dalam organisasi tersebut atau apakah pebelajar tersebut merupakan orang pertama ?
d. Keterampilan Yang Relevan Dengan Tempat Kerja
Untuk memastikan bahwa keterampilan baru yang akan diterima oleh pebelajar sesuai dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasi, kita seharusnya memprediksikan keterampilan-ketrampilan yang relevan yang akan dipelajari oleh pebelajar tersebut dengan situasi tempat mereka bekerja.
4. Pengumpulan Data untuk Pelaksanaan Analisis Konteks
Walaupun beberapa analisis instruksional dapat dilakukan di kantor, tetapi analisis konteks tetap membutuhkan para perancang untuk melakukan pengamatan mengamati kondisi yang sesuai. Pengamatan-pengamatan ini akan mempengaruhi keseluruhan bagian proyek di masa yang akan datang, karena mereka tidak hanya memberikan informasi penting pada proyek melalui input langsung, tetapi juga memperkuat keahlian dan wawasan perancang.
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mengumpulkan data dari para siswa dan pengelola yang potensial dan mengamati lingkungan kerja, dimana keahlian-keahlian baru akan digunakan. Rangkaian prosedur pengumpulan data dasar ini mencakup wawancara dan observasi.
Output/Hasil. Rangkaian hasil utama penelitian pada tahap ini adalah (1) suatu deskripsi lingkungan fisik dan organisasi, dimana keahlian tersebut digunakan, dan (2) rangkaian faktor khusus yang memudahkan atau bercampur dengan pemanfaatan keahlian baru oleh para siswa.
5. Analisis Konteks Pembelajaran
Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya lokasi yang dihadiri oleh seorang klien. Bagaimana seharusnya di sini dapat berupa fasilitas, perlengkapan, dan sumber yang cukup mendukung instruksi yang diinginkan.
Dalam analisis konteks pembelajaran, fokusnya meliputi unsur-unsur berikut ini: (1) kesesuaian lokasi dengan kebutuhan instruksional. (2) penyesuaian lokasi untuk mendorong aspek-aspek lokasi kerja atau lokasi pelaksanaan, (3) penyesuaian lokasi untuk menggunakan beragam strategi instruksional dan pelatihan pendekatan penyampaian, dan (4) hambatan-hambatan yang muncul, sehingga dapat mempengaruhi rancangan dan penyampaian instruksi. Paragraf berikut akan menguraikan secara singkat masing-masing bidang ini.

a. Penyesuaian lokasi dengan Kebutuhan Instruksional
Dalam pernyataan sasaran instruksional yang dirancang pada tahap awal model ini, peralatan dan item pendukung lainnya juga diperlukan untuk menunjukkan sasaran yang disusun. Apakah lingkungan pembelajaran yang Anda kunjungi mencakup sasaran-sasaran ini? Dapatkah lingkungan tersebut sesuai dengan sasaran yang ada?
b. Penyesuaian Lokasi untuk Mendorong Lokasi Kerja
Persoalan lain adalah penyesuaian lingkungan pelatihan dengan lingkungan kerja. Dalam lingkungan pelatihan, suatu upaya yang harus dilakukan untuk mendorong faktor-faktor dari lingkungan kerja yang secara kritis memang untuk ditampilkan. Apakah hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan dalam konteks pelatihan yang telah dirancang? Apakah yang harus diubah atau ditambahkan?
c. Penyesuaian untuk Pendekatan Penyampaian
Susunan kebutuhan peralatan dari pernyataan sasaran menunjukkan bagaimana seharusnya berkaitan dengan konteks pembelajaran, dan juga, konteks pelaksanaan.
d. Batasan-batasan Lokasi Pembelajaran yang Mempengaruhi Rancangan dan Penyampaian.
Seorang instruktur mengajar dua puluh hingga dua puluh empat siswa dalam suatu ruang kelas yang masih menggunakan metode pelatihan bersama. Pendidikan umum sendiri dipimpin oleh guru dengan dua puluh hingga dua puluh empat siswa.
Meskipun demikian, sejumlah pendekatan instruksional-mandiri dan fasilitas telah tersedia, dan lebih banyak instruksi akan disampaikan pada suatu komputer kerja yang mencakup sistem pendukung pelaksanaan elektronik. Ketika sistem-sistem ini menjadi lebih mampu dan tersedia untuk penggunaan pelatihan, maka prinsip-prinsip rancangan sistematis akan menjadi lebih diterapkan, bahkan untuk pengembangan instruksi yang efisien dan efektif.
6. Pengumpulan Data untuk Analisis Konteks Pembelajaran
Dalam banyak cara, analisis konteks pembelajaran bersifat sama terhadap lokasi kerja. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengenali fasilitas dan batasan yang ada dari lokasi tersebut.
Prosedur yang diikuti dalam menganalisa konteks pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan instruktur, pengelola lokasi, dan siswa, jika memungkinkan. Begitu juga dengan analisis konteks pelaksanaan, maka rangkaian pertanyaan wawancara juga harus disiapkan.
Output/Hasil. Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini adalah sebagai berikut: (1) sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang digunakan untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk beralih ke lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan batasan yang akan menjadi implikasi-implikasi penting untuk proyek.

Disarikan dari buku Dick & Carey

0 Responses

Posting Komentar