Proses merumuskan TIU pada Bab III telah menghasilkan rumusan tujuan instruksional umum. Tidak sedikit pengembangan tes, atau isi pelajaran, tanpa melalui analisis instruksional sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak sistematis.
Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat seperti itu antara lain:
1. Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIU nya. Daftar TIK tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Di samping itu, kemampuan yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang terdapat dalam TIU.
2. Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan mahasiswa di tengah proses belajar tidak dapat diukur dengan sehingga pengajar tidak dapat memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi mahasiswa yang sebenarnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi mahasiswa yang telah lebih dahulu maju.
3. Urutan isi pelajaran kurang sistematis
4. Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal mahasiswa
5. Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
Sebelum menulis TIK, pengembang instruksional harus melakukan tiga langkah, yaitu: melakukakan analisis instruksional, mengidentifikasi perilaku, dan merumuskan tujuan instruksional. Ketrampilan melakukan analisis instruksional sangat penting artinya bagi kegiatan instruksional, karena pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. Dengan demikian, pengajar jelas melihat arah kegiatan instruksional secara bertahap menuju pencapaian TIU. Ini berarti pengajar terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.
Hasil analisis instruksional ini dikaitkan dengan hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa. Atas dasar keduanya, pengembang instruksional dapat menyusun tujuan instruksional khusus (TIK) yang relevan dengan TIU.
A Pengertian Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien.
B Empat Macam Struktur Perilaku
Terdapat empat macam susunan yaitu, hierarkikal, prosedural, pengelompokan dan kombinasi.
1) Struktur Hierarkikal
Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain.
Contoh perilaku struktur hierarkikal
2) Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu dapat dipalajari secara terpisah.
Contoh perilaku yang terstruktur secara prosedural:
3) Struktur Pengelompokkan
Di samping perilaku-perilaku khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku-perilaku khsusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya berhubungan.
Contoh Perilaku struktur pengelompokan:
4) Struktur Kombinasi
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, proseduran dan pengelompokan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.
C Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional
Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional.
1. Menuliskan perilaku umum yang telah anda tulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang sedang anda kembangkan.
2. Menulis setiap perilaku khusus yang menurut anda menjadi bagian dari perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum berkisar antara 5-10 buah.
3. Menyusun perilaku khusus ke dalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling ”dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan ”mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum.
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
5. Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3 x 5m cm.
6. Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hierarkikal, prosedural atau pengelompokan, menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kart-kartu tersebut sejajar atau horisontal.
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau kurangi bila dianggap lebih.
8. menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah di susun.
9. meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khsusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor urut ini akan menunjukkan urutan perilaku terrsebut bila diajarkan kepada mahasiswa. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam memberi nomor urut tersebut. Pertama, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur hierarkikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Kedua, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutan penampilan perilaku-perilaku khusus tersebut dalam pekerjaan. Ketiga, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedural.
11. Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
b. Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum.
c. Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi).
DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman (2001). Desain Instruksional. Pusat antar Universitas. Jakarta.
Walter Dick and James O. Carey (2005) The Systematic Design of Instruction, University of South Florida
Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat seperti itu antara lain:
1. Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIU nya. Daftar TIK tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Di samping itu, kemampuan yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang terdapat dalam TIU.
2. Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan mahasiswa di tengah proses belajar tidak dapat diukur dengan sehingga pengajar tidak dapat memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi mahasiswa yang sebenarnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi mahasiswa yang telah lebih dahulu maju.
3. Urutan isi pelajaran kurang sistematis
4. Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal mahasiswa
5. Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
Sebelum menulis TIK, pengembang instruksional harus melakukan tiga langkah, yaitu: melakukakan analisis instruksional, mengidentifikasi perilaku, dan merumuskan tujuan instruksional. Ketrampilan melakukan analisis instruksional sangat penting artinya bagi kegiatan instruksional, karena pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. Dengan demikian, pengajar jelas melihat arah kegiatan instruksional secara bertahap menuju pencapaian TIU. Ini berarti pengajar terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.
Hasil analisis instruksional ini dikaitkan dengan hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa. Atas dasar keduanya, pengembang instruksional dapat menyusun tujuan instruksional khusus (TIK) yang relevan dengan TIU.
A Pengertian Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien.
B Empat Macam Struktur Perilaku
Terdapat empat macam susunan yaitu, hierarkikal, prosedural, pengelompokan dan kombinasi.
1) Struktur Hierarkikal
Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain.
Contoh perilaku struktur hierarkikal
2) Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu dapat dipalajari secara terpisah.
Contoh perilaku yang terstruktur secara prosedural:
3) Struktur Pengelompokkan
Di samping perilaku-perilaku khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku-perilaku khsusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya berhubungan.
Contoh Perilaku struktur pengelompokan:
4) Struktur Kombinasi
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, proseduran dan pengelompokan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.
C Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional
Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional.
1. Menuliskan perilaku umum yang telah anda tulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang sedang anda kembangkan.
2. Menulis setiap perilaku khusus yang menurut anda menjadi bagian dari perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum berkisar antara 5-10 buah.
3. Menyusun perilaku khusus ke dalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling ”dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan ”mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum.
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
5. Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3 x 5m cm.
6. Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hierarkikal, prosedural atau pengelompokan, menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kart-kartu tersebut sejajar atau horisontal.
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau kurangi bila dianggap lebih.
8. menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah di susun.
9. meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khsusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor urut ini akan menunjukkan urutan perilaku terrsebut bila diajarkan kepada mahasiswa. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam memberi nomor urut tersebut. Pertama, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur hierarkikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Kedua, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutan penampilan perilaku-perilaku khusus tersebut dalam pekerjaan. Ketiga, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedural.
11. Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
b. Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum.
c. Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi).
DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman (2001). Desain Instruksional. Pusat antar Universitas. Jakarta.
Walter Dick and James O. Carey (2005) The Systematic Design of Instruction, University of South Florida
Posting Komentar