Persoalan Program Pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan sesuatu yang sangat “urgen” dan kompleks yang dihadapi tenaga kependidikan. Karena sesungguhnya persoalan itu terkait dengan kompetensi yang dimilki oleh tenaga kependidikan tersebut. Artinya, guru ataupun dosen dituntut untuk dapat mengembangkan program pembelajarannya (instructional) sesuai dengan “model dan karakteristik” yang dipakai.
Disain Instruksional merupakan suatu langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar dan mengajar. Suatu proses yang dengannya kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat-syarat pemecahan problem diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil evaluasi dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga kebutuhan proses pembelajaran (instructional) dapat tercapai (lihat Dick and Carey, 2005: 6-8, Shambaugh and Magliaro, 2006: 23-28, Cennamo and Kalk, 2005: 1-5).
Suatu perencanaan secara sistematis tentang Disain Instruksional pada hakekatnya sama dengan proses pemecahan masalah secara umum (a general problem-solving process). Seperti sebuah model yang dikembangkan Dick dan Carey (2005) dalam: The Systematic Design of Instruction, adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan model tersebut maka langkah-langkah suatu perencanaan yang sistematis adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan instruksional.
2. Melakukan analisis instruksional.
3. menganalisis pembelajar dan konteks.
4. Merumuskan performance objective.
5. Revise Instruction.
6. Mengembangkan instrument pengukuran.
7. Mengembangkan strategi pembelajaran.
8. Mengembangkan dan menyeleksi bahan pembelajaran.
9. Merancang dan melaksanakan evaluasi formative.
10. Merancang dan melaksanakan evaluasi Sumative.
Dalam pembahasan makalah ini difokuskan pada “Melakukan Analisis Tujuan Instruksional” (Conducting a Goal Analysis), yaitu proses merumuskan tujuan yang dicapai dalam program pembelajaran.
II. ANALISIS TUJUAN INSTRUKSIONAL
Analisis Tujuan Instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku yang khusus yang tersusun secara logis dan sistematis dalam program pembelajaran. Dengan melakukan analisis tujuan instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Menurut Dick & Carey (2005: 39-40), analisis (tujuan ) instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skill) yang diperlukan bagi pebelajar untuk mencapai tujuan Instruksional.
Pada pendapat yang lain dikatakan, bahwa analisis tujuan instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusun disain instruksional atau dosen untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai atau dilaksanakan oleh peserta didik (mahasiswa) dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas pokok (Esseff, 1978:1).
Dari definisi tersebut, sesungguhnya “sub ordinate skill” akan memberikan transfer yang positif untuk mempelajari ketrampilan yang lebih tinggi. Oleh karenanya yang perlu diperhatikan adalah kemampuan apa yang harus diajarkan, agar peserta didik (mahasiswa) dapat mencapai tujuan intruksional secara efisien.
Secara spesipik melakukan analisis tujuan instruksional dalam program perkuliahan adalah proses menjabarkan perilaku umum (skill) sebagaimana dirumuskan dalam kompetensi matakuliah menjadi perilaku khusus (sub-skill), atau dikenal dengan kompetensi dasar (KD) yang disusun secara logis dan sistematik (Atwi Suparman, 2001). Dengan melakukan analisis tujuan instruksional akan dihasilkan susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalur yang singkat yang harus dilalui mahasiswa untuk mencapai tujuan dengan baik.
A. Klasifikasi Analisis Tujuan Instruksional Menurut Dick & Carey
Yang dimaksud analisis tujuan instruksional adalah proses menjabarkan kompetensi/kemampuan/perilaku umum (standar kompetensi) menjadi kemampuan/ perilaku/kompetensi khusus (kompetensi dasar) secara logis dan sistematis. Proses tersebut dilakukan dengan cara:
1. Mengidentifikasi semua kompetensi yang harus dikuasai peserta didik (mahasiswa).
2. Menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan.
3. Menentukan titik awal proses pembelajaran ( melalui penentuan perilaku awal peserta didik/mahasiswa).
Dick dan Carey (2005), mengemukakan 4 (empat) klasifikasi dalam menganalisis tujuan instruksional (a Goal Analysis) adalah: Intellectual Skill (ketrampilan intelektual), Verbal Information (pemahaman informasi), Psychomotor Skill (ketrampilan psikomotorik), dan Attitude (sikap).
DIAGRAM ANALISIS TUJUAN INSTRUKSIONAL
(Modifikasi Berdasarkan Model Dick & Carey)
Berdasarkan diagram tersebut di atas, dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Standar kompetensi merupakan rumusan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan secara umum yang mencakup dalam semua aspek kompetensi dasar. Seperti pada intellectual skill, verbal information, psychomotor skill dan attitude.
2. Kompetensi dasar merupakan penjabaran secara khusus yang menjelaskan substep dari masing-masing indikator yang terdapat didalam intellectual skill, verbal information, psychomotor skill dan attitude.
3. Indikator intellectual skill meliputi forming concept (pembentukan konsep), applying rules (penerapan pola) dan problem solving (penyelesaian masalah).
Contoh perumusan indikator intellectual skill yaitu perumusan masalah dari yang sederhana, kemudian dapat menerapan pola pada penyelesaian masalah oleh pembelajar.
4. Verbal Information adalah kemampuan menangkap persoalan, sehingga indikator dalam verbal information menggambarkan kemampuan peserta didik apa yang telah dipelajari.
Contoh pembelajar diarahkan untuk dapat memiliki kemampuan menangkap informasi dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus.
5. Psychomotor skill adalah kemampuan yang dirumuskan dalam bentuk tindakan untuk mencapai hasil tertentu, maka dalam rumusan indikator secara spesifik menjelaskan tindakan prilaku pembelajar dalam situasi dan bentuk yang konkrit.
Contoh pembelajar diarahkan untuk memiliki keterampilan dan dapat mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
6. Attitude merupakan tahapan dalam menentukan apakah pembelajar memiliki kemampuan untuk memilih alternatif-alternatif yang dihadapi. Dengan demikian tahapan ini memerlukan jangka waktu yang panjang akan tetapi evaluasi dilakukan dalam jangka pendek.
Contoh pembelajar diarahkan untuk dapat memiliki dan memilih sikap-sikap yang harus ditampilkan.
B. Klasifikasi Analisis Tujuan Instruksional yang Lain.
Pada klasifikasi analisis tujuan instruksional tersebut didasarkan pada empat struktur kompetensi, yaitu :
1. Struktur hirakhikal, yaitu susunan beberapa kompetensi dimana satu/beberapa kompetensi menjadi prasyarat bagi kompetensi berikutnya.
2. Struktur prosedural, yaitu kedudukan beberapa kompetensi yang menunjukan satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar kompetensi tersebut tidak menjadi prasyarat bagi kompetensi lainnya.
3. Struktur pengelompokan (Cluster), yaitu beberapa kompetensi yang satu dengan lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara lengkap untuk menunjuang kompetensi berikutnya.
4. Struktur kombinasi, yaitu beberapa kompetensi yang susunan terdiri dari bentuk hirakhikal, prosedural, dan pengelompokan.
C. Prosedur Melakukan Analisis Pembelajaran
Berikut ini urut-urutan merumuskan analisis tujuan pembelajaran:
1. Menuliskan standar kompetensi yang ada dalam suatu perkuliahan.
2. Merumuskan kompetensi dasar bedasarkan standar kompetensi tersebut.
3. Merumuskan indikator dengan melakukan analisis standar kompentensi dan kompetensi dasar secara operasional.
4. Menentukan hubungan antar kompetensi dasar dalam susunan yang dipilih, yaitu apakah struktur hirakhikal / prosedural / pengelompokan / kombinasi.
5. Menggambarkan secara operasional bentuk indikator yang dimiliki oleh pembelajar/peserta didik.
III. Kesimpulan
Dalam program pembelajaran seorang tenaga kependidikan (guru dan dosen) harus dapat melakukan analisis tujuan instruksional. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui sejauh mana proses pembelajaran itu mencapai tujuan. Menurut Dick and Carey (2005), bahwa ada empat tahap dalam melakukan analisis tujuan instruksional, selain rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tahapan tersebut yaitu :
1. Intellectual skill
2. Verbal information
3. Spychomotor skill
4. Attitude.
Pada pandangan yang lain analisis tujuan pembelajaran didasarkan pada konsep standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan antar kompetensi sehingga dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan. Pandangan ini membagi empat struktur kompetensi, yaitu :
1. Struktur kompetensi Hirarkikal
2. Struktur kompetensi prosedural
3. Struktur kompetensi pengelompokan
4. Struktur kompetensi kombinasi
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cennamo,Katherine and Debby Kalk (2005)
Real World Instructional Design, Wadsworth, a Division of Thomson Learning, Ins., Canada.
Dick, Walter; Lou Carey, and James O. Carey (2005)
The Systematic Design of Instruction, Allyn and Bacon, Permissions Departemen, Boston.
Esseff, P.J and Mary s. Esseff (1978)
SelectingInstructional Strategies, ESF. Publication, New York.
Kemp, E. Jerrold; Gary R. Morrison, and Steven M. Ross (1994)
Designing Effective Instruction, Macmillan College Publishing Company, New York
M. Atwi Suparman (2001)
Desain Instruksional, PAU – Dirjen Dikti, Jakarta
Shambaugh, Neal and Susan G. Magliaro (2006)
Instructional Design A Systematic Approach for Reflective Practice, Pearson Education, Inc., New York.
Disain Instruksional merupakan suatu langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar dan mengajar. Suatu proses yang dengannya kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat-syarat pemecahan problem diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil evaluasi dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga kebutuhan proses pembelajaran (instructional) dapat tercapai (lihat Dick and Carey, 2005: 6-8, Shambaugh and Magliaro, 2006: 23-28, Cennamo and Kalk, 2005: 1-5).
Suatu perencanaan secara sistematis tentang Disain Instruksional pada hakekatnya sama dengan proses pemecahan masalah secara umum (a general problem-solving process). Seperti sebuah model yang dikembangkan Dick dan Carey (2005) dalam: The Systematic Design of Instruction, adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan model tersebut maka langkah-langkah suatu perencanaan yang sistematis adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan instruksional.
2. Melakukan analisis instruksional.
3. menganalisis pembelajar dan konteks.
4. Merumuskan performance objective.
5. Revise Instruction.
6. Mengembangkan instrument pengukuran.
7. Mengembangkan strategi pembelajaran.
8. Mengembangkan dan menyeleksi bahan pembelajaran.
9. Merancang dan melaksanakan evaluasi formative.
10. Merancang dan melaksanakan evaluasi Sumative.
Dalam pembahasan makalah ini difokuskan pada “Melakukan Analisis Tujuan Instruksional” (Conducting a Goal Analysis), yaitu proses merumuskan tujuan yang dicapai dalam program pembelajaran.
II. ANALISIS TUJUAN INSTRUKSIONAL
Analisis Tujuan Instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku yang khusus yang tersusun secara logis dan sistematis dalam program pembelajaran. Dengan melakukan analisis tujuan instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Menurut Dick & Carey (2005: 39-40), analisis (tujuan ) instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skill) yang diperlukan bagi pebelajar untuk mencapai tujuan Instruksional.
Pada pendapat yang lain dikatakan, bahwa analisis tujuan instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusun disain instruksional atau dosen untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai atau dilaksanakan oleh peserta didik (mahasiswa) dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas pokok (Esseff, 1978:1).
Dari definisi tersebut, sesungguhnya “sub ordinate skill” akan memberikan transfer yang positif untuk mempelajari ketrampilan yang lebih tinggi. Oleh karenanya yang perlu diperhatikan adalah kemampuan apa yang harus diajarkan, agar peserta didik (mahasiswa) dapat mencapai tujuan intruksional secara efisien.
Secara spesipik melakukan analisis tujuan instruksional dalam program perkuliahan adalah proses menjabarkan perilaku umum (skill) sebagaimana dirumuskan dalam kompetensi matakuliah menjadi perilaku khusus (sub-skill), atau dikenal dengan kompetensi dasar (KD) yang disusun secara logis dan sistematik (Atwi Suparman, 2001). Dengan melakukan analisis tujuan instruksional akan dihasilkan susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalur yang singkat yang harus dilalui mahasiswa untuk mencapai tujuan dengan baik.
A. Klasifikasi Analisis Tujuan Instruksional Menurut Dick & Carey
Yang dimaksud analisis tujuan instruksional adalah proses menjabarkan kompetensi/kemampuan/perilaku umum (standar kompetensi) menjadi kemampuan/ perilaku/kompetensi khusus (kompetensi dasar) secara logis dan sistematis. Proses tersebut dilakukan dengan cara:
1. Mengidentifikasi semua kompetensi yang harus dikuasai peserta didik (mahasiswa).
2. Menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan.
3. Menentukan titik awal proses pembelajaran ( melalui penentuan perilaku awal peserta didik/mahasiswa).
Dick dan Carey (2005), mengemukakan 4 (empat) klasifikasi dalam menganalisis tujuan instruksional (a Goal Analysis) adalah: Intellectual Skill (ketrampilan intelektual), Verbal Information (pemahaman informasi), Psychomotor Skill (ketrampilan psikomotorik), dan Attitude (sikap).
DIAGRAM ANALISIS TUJUAN INSTRUKSIONAL
(Modifikasi Berdasarkan Model Dick & Carey)
Berdasarkan diagram tersebut di atas, dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Standar kompetensi merupakan rumusan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan secara umum yang mencakup dalam semua aspek kompetensi dasar. Seperti pada intellectual skill, verbal information, psychomotor skill dan attitude.
2. Kompetensi dasar merupakan penjabaran secara khusus yang menjelaskan substep dari masing-masing indikator yang terdapat didalam intellectual skill, verbal information, psychomotor skill dan attitude.
3. Indikator intellectual skill meliputi forming concept (pembentukan konsep), applying rules (penerapan pola) dan problem solving (penyelesaian masalah).
Contoh perumusan indikator intellectual skill yaitu perumusan masalah dari yang sederhana, kemudian dapat menerapan pola pada penyelesaian masalah oleh pembelajar.
4. Verbal Information adalah kemampuan menangkap persoalan, sehingga indikator dalam verbal information menggambarkan kemampuan peserta didik apa yang telah dipelajari.
Contoh pembelajar diarahkan untuk dapat memiliki kemampuan menangkap informasi dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus.
5. Psychomotor skill adalah kemampuan yang dirumuskan dalam bentuk tindakan untuk mencapai hasil tertentu, maka dalam rumusan indikator secara spesifik menjelaskan tindakan prilaku pembelajar dalam situasi dan bentuk yang konkrit.
Contoh pembelajar diarahkan untuk memiliki keterampilan dan dapat mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
6. Attitude merupakan tahapan dalam menentukan apakah pembelajar memiliki kemampuan untuk memilih alternatif-alternatif yang dihadapi. Dengan demikian tahapan ini memerlukan jangka waktu yang panjang akan tetapi evaluasi dilakukan dalam jangka pendek.
Contoh pembelajar diarahkan untuk dapat memiliki dan memilih sikap-sikap yang harus ditampilkan.
B. Klasifikasi Analisis Tujuan Instruksional yang Lain.
Pada klasifikasi analisis tujuan instruksional tersebut didasarkan pada empat struktur kompetensi, yaitu :
1. Struktur hirakhikal, yaitu susunan beberapa kompetensi dimana satu/beberapa kompetensi menjadi prasyarat bagi kompetensi berikutnya.
2. Struktur prosedural, yaitu kedudukan beberapa kompetensi yang menunjukan satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar kompetensi tersebut tidak menjadi prasyarat bagi kompetensi lainnya.
3. Struktur pengelompokan (Cluster), yaitu beberapa kompetensi yang satu dengan lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara lengkap untuk menunjuang kompetensi berikutnya.
4. Struktur kombinasi, yaitu beberapa kompetensi yang susunan terdiri dari bentuk hirakhikal, prosedural, dan pengelompokan.
C. Prosedur Melakukan Analisis Pembelajaran
Berikut ini urut-urutan merumuskan analisis tujuan pembelajaran:
1. Menuliskan standar kompetensi yang ada dalam suatu perkuliahan.
2. Merumuskan kompetensi dasar bedasarkan standar kompetensi tersebut.
3. Merumuskan indikator dengan melakukan analisis standar kompentensi dan kompetensi dasar secara operasional.
4. Menentukan hubungan antar kompetensi dasar dalam susunan yang dipilih, yaitu apakah struktur hirakhikal / prosedural / pengelompokan / kombinasi.
5. Menggambarkan secara operasional bentuk indikator yang dimiliki oleh pembelajar/peserta didik.
III. Kesimpulan
Dalam program pembelajaran seorang tenaga kependidikan (guru dan dosen) harus dapat melakukan analisis tujuan instruksional. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui sejauh mana proses pembelajaran itu mencapai tujuan. Menurut Dick and Carey (2005), bahwa ada empat tahap dalam melakukan analisis tujuan instruksional, selain rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tahapan tersebut yaitu :
1. Intellectual skill
2. Verbal information
3. Spychomotor skill
4. Attitude.
Pada pandangan yang lain analisis tujuan pembelajaran didasarkan pada konsep standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan antar kompetensi sehingga dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan. Pandangan ini membagi empat struktur kompetensi, yaitu :
1. Struktur kompetensi Hirarkikal
2. Struktur kompetensi prosedural
3. Struktur kompetensi pengelompokan
4. Struktur kompetensi kombinasi
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cennamo,Katherine and Debby Kalk (2005)
Real World Instructional Design, Wadsworth, a Division of Thomson Learning, Ins., Canada.
Dick, Walter; Lou Carey, and James O. Carey (2005)
The Systematic Design of Instruction, Allyn and Bacon, Permissions Departemen, Boston.
Esseff, P.J and Mary s. Esseff (1978)
SelectingInstructional Strategies, ESF. Publication, New York.
Kemp, E. Jerrold; Gary R. Morrison, and Steven M. Ross (1994)
Designing Effective Instruction, Macmillan College Publishing Company, New York
M. Atwi Suparman (2001)
Desain Instruksional, PAU – Dirjen Dikti, Jakarta
Shambaugh, Neal and Susan G. Magliaro (2006)
Instructional Design A Systematic Approach for Reflective Practice, Pearson Education, Inc., New York.
Posting Komentar