CHE
Komponen yang paling terkenal dalam model desain pembelajaran adalah menulis tujuan performance, atau sering disebut dengan behavioral objectives. Robert Mager (1962) mengindentifikasikan komunitas pendidikan seluruhnya melalui penekanannya terhadap kebutuhan secara jelas, penyataan yang tepat mengenai apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh pelajar ketika mereka menyelasaikan pembelajaran.
Ketika guru dilatih untuk merumuskan tujuan intruksional khusus, terhadap dua kesulitan utama yang dihadapi ketika proses mendefinisikan tujuan tidak termasuk dalam komponen yang integral pada model desain pembelajaran. Pertama, tanpa sebuah model yang jelas para guru menemui kesulitan untuk menentukan bagaimana memperoleh tujuan pengajaran. Meskipun para pengajar dapat menguasai mekanisme penulisan tujuan, tidak ada konsep dasar yang dapat mengarahkan dalam mendapatkan tujuan. Sebagai hasilnya beberapa guru kembali kepada isi yang terdapat dalam teks books untuk mengidentifikasi topic-topik yang akan mereka tulis sebagai behavioral objectives. Kedua, mungkin lebih sebagai kritikan adalah apa yang dilakukan dengan tujuan tersebut setelah ditulis oleh para guru.

A. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Tujuan Intruksional Khusus (TIK) adalah sebuah gambaran detail tentang apa yang akan dapat dilakukan oleh siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. Titik pertama mengacu pada 3 istilah yang sering digunakan ketika mendeskripsikan performance siswa. Robert Mager 1975 pertama kali mengunakan istilah behavioral objectives untuk menekankan bahwa pernyataan ini mengambarkan mengenai apa yang akan dilakukan siswa. beberapa pendidik telah menentukan dengan jelas. Selanjutnya anda dapat melihat dalam literate mengenai istilah performance objectives dan instructional objectives. Ketika anda melihat istilah ini anda dapat mengasumsikan bahwa istilah-istilah tersebut sinonim dengan behavioral objectives. Anda seharusnya tidak memiliki pengertian yang keliru mengenai instructional objectives. Instructional objectives menggambarkan jenis pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh siswa.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya tujuan instruksional mendeskripsikan mengenai apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar ketika mereka menyelesaikan materi pembelajaran. Hal ini mendeskrpsikan situasi nyata, situasi belajar diluar, dimana pebelajar akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan tersebut. Ketika tujuan intruksional umum di ubah dalam TIK disebut sebagai terminal objektif. Terminal objektif mendeskripsikan secara jelas apa yang akan dapat dilakukan oleh siswa ketika siswa menyelesaikan satu unit pengajaran. Konteks perbuatan dalam terminal objective di ciptakan dalam situasi pembelajaran, bukan pada kehidupan sebenarnya. Sama halnya dengan keterampilan diberikan melalui sebuah analisa pada tahapan-tahapan dalam sebuah tujuan yang disebut dengan sub ordinat skill. Tujuan yang mendeskripsikan ketrampilan di mulai dari titik yang sama untuk mencapai prestasi dalam terminal objektif yang disebut sebagai sub-ordinit objective.
Performance objective diperoleh dari keterampilan dalam analisis intruksional. Satu atau lebih objective seharusnya ditulis dalam setiap skill yang di identifikasi dalam analisis instruksional. Kadang-kadang penulisan objektif tersebut di indetifikasikan sebagai entry behavior (sikap awal) karena objektif merupakan dasar pengembangan tes item untuk menentukan apakah pelajar memilki entry behavior seperti yang telah kita asumsikan. Untuk menyakinkan ketepatan pengajaran yang diberikan kepada siswa tertentu, item tersebut seharusnya ditulis untuk menilai keterampilan yang telah dinyatakan di dalam performance objektif sebagai entry behavior. Selanjutnya hal ini memberi manfaat bagi desainer untuk menentukan siswa dalam target populasi yang tidak memilki entry behavior dan hal ini menjadi penting dalam mengembangkan pengajaran.

B. Komponen tujuan
Bagaimana objektif ditulis sebagai goal statement, langkah-langkah dalam tujuan, sub kordinat skill dan entry behavior ? karya Robert Mager selanjutnya dijadikan sebagai standar dalam pengembangan objektif, model tersebut merupakan pernyataan yang meliputi tiga komponen utama. Komponen pertama mendeskripsikan skill atau behavior yang di identifikasikan dalam analisis pembelajaran. Objektif harus mendeskripsikan apa yang akan dilakukan oleh siswa. Komponen ini berisi perbuatan dan isi atau konsep. Komponen kedua dari objektif mendeskripsikan kondisi yang akan diberlakukan ketika siswa membawa tugas. Apakah siswa diperkenankan mengunakan computer ? apakah siswa di beri sebuah paragaf untuk dianalisa ? pertanyaan-pertanyaan ini tersedia untuk siswa ketika mereka melakukan sebuah perbuatan yang di inginkan. Komponen ketiga mendeskripsikan criteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja siswa.
1. Derivasi behavior
Telah dinyatakan sebelumnya bahwa objektiv diperoleh dari analisis pembelajaran; jadi harus mengekspresian dengan jelas jenis prilaku yang di identifikasi dalam analisis tersebut. Jika sub skill dalam analisis intruksional dilibatkan sebagai prilaku yang dapat di identifikasi secara jelas, penulisan sebagai objektif menjadi sederhana dengan menambahkan criteria penilaian dan mendeskripsikan kondisi yang berkaitan dengan prilaku yang harus dilakukan. Contoh jika sub skillnya membagi sebuah skala dalm sepuluh, kemudian objektif yang cocok dapat dinyatakan kedalam; berikan sebuah skala yang dibagi kedalam sepuluh unit, bagi 1 unit kedalam 10 bagian. Hasilnya angka yang di peroleh adalah 10, dan ukuran seluruh unit tersebut sama.
Kadang-kadang desainer menemukan sub skill yang tidak jelas dalam menulis tujuan yang cocok. Dalam situasi seperti ini desainer seharusnya mempertimbangkan pengunaan kata kerja secara teliti yang digunakan untuk mendeskripsikan prilaku. Kebayakan intelektual skill dapat dideskripsikan dengan mengunakan kata kerja seperti identify, classify, demonstrate, or generate. Kata kerja tersebut seperti yang deskripsikan oleh Gagne, Wager, Golas and Keller (2004). Mengacu pada aktivitas khusus, membedakan satu hal dariyang lain atau menyelesaikan masalah. Sebagai catatan Gagne, Wager, Golas and Keller (2004) tidak mengunakan kata kerja know, understand, or appreciate, karena kata kerja tersebut tidak jelas. Know biasa nya mengacu pada informasi verbal, understand mengacu pada intelektual skill dan appreciate mengacu pada sikap. Gagne, Wager, Golas and Keller (2004) menyarankan bahwa tujuan intektual skill dan verbal information mendeskripsikan tidak hanya prilaku yang nampak yang diobservasi tetapi juga prilaku yang tidak tampak. Contoh siswa mendemonstrasikan kempuan mereka untuk huruf latin dengan mengingkari kata-kata dalam daftar lies huruf llatin dan engglsh. pernyataan objektif ini tidak hanya mendeskripsikan apa yang akan dilakukan siswa, yaitu melingkari kata-kata, tetapi juga medeskripsikan kemampuan yang ditujukkan oleh siswa, yaitu mengidentifikasi.
Tujuan yang berkaitan dengan psikomotor skill biasanya dengan mudah di nyatakan dalam istilah prilaku (tindakan) contoh :Running, jumping, or driving). Ketika objektif meliputi sikap, siswa diharapkan selalu memilih alternative tertentu atau seperangkat alternative dengan kata lain siswa membuat pilihan dari berbagai aktifitas yang ada.

2. Derivasi kondisi
Dengan mendefinisikan tujuan atas komponen pengetahuan keterampilan atau sikap secara jelas, anda siap untuk menetapkan kondisi-kondisi tertentu yang menjadi bagian dari tujuan tersebut. Kondisi mengacu pada lingkungan dan sumber-sumber yang tersedia pada saat tujuan ditetapkan. Dalam pemilihan kondisi yang tepat mempertimbangkan baik prilaku yang di capai mau pun karakteristik populasi target anda juga membedakan fungsi-fungsi dari kondisi tersebut, fungsi tersebut meliputi menetapkan
a. Syarat-syarat yang disediakan dimana siswa akan mengunakannya dalam mendapatkan informasi. Hal ini merupakan pertimbangan yang paling penting dalam menguji verbal information. Terdapat beberapa kondisi yang dapat dingunakan untuk mendeskripsikan stimulus bagi siswa yang akan diberikan untuk membatu mengingat kembali verbal information
b. Karakteristik dari sumber-sumber materi yang di perlukan untuk mengerjakan tugas. Fungsi kedua dari komponen kondisi adalah untuk menetapakan beberapa sumber materi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Beberapa sumber materi sebagai berikut;
• Ilustrasi seperti table, grafik,
• Materi tertulis seperti; artikel surat kabar, story,
• Objek secara fisik seperti batu, daun, mesin atau alat
• Materi referensi, kamus, teks book, data base, web
Disamping menyebutkan sumber-sumber belajar yang diperlukan kondisi seharusnya juga menetapkan karakteristik unit yang di miliki oleh sumber tersebut
c. Cakupan dan kompleksitas tugas, adalah untuk mengontrol kompleksitas dari tugas di samping itu untuk menyesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman siswa.
d. Konteks yang relevan dengan dunia nyata adalah untuk membantu transfer pengetahuan dan penampilan dari pengajaran kedalam kinerja. Elemen-elemen kondisi tersebut digunakan untuk menetapkan materi-materi yang relevan, materi yang sesuai dengan dunia nyata dan konteks sumber materi yang dapat diberikan dalam pengajaran. Dalam memutuskan kondisi secara spesifik, pertimbangan utama adalah kinerja ( performace ) dan konteks pengajaran, materi yang relevan dan karekteristik siswa. Sumber-sumber materi tertentu di perlukan untuk membatasi kompleksitas tugas yang berkaitan dengan kondisi secara langsung dan kecakapan kelompok siswa.
3. Derivasi Kriteria
Bagian akhir dari objektif adalah kriteria dalam memutuskan keterampilan performance yang dapat diterima. dalam menetapkan kriteria yang logis, anda harus mempertimbangkan tugas yang dilaksanakan. Beberapa tugas intelectual skill dan verbal information hanya mempunyai satu respon yang dianggap benar. Beberapa tugas intelectual skill dan verbal information tidak menghasilkan jawaban tunggal dan respon siswa yang bervariasi.
Kriteria dalam memutuskan kinerja keterampilan psikomotor juga memerlukan penetapan secara khusus dengan mengunakan checklist dimana mengindikasikan perilaku yang diharapkan. Sebuah gambaran mengenai keterlibatan anggota tubuh merupakan keterampilan yang diperlukan seperti posisi tangan ketika berada diatas keyboard piano.
Menetapkan kriteria dalam tujuan pencapaian sikap juga menjadi kompleks. Sebuah kriteria yang tepat bergantung pada beberapa faktor seperti perilaku yang dapat diobservasi, konteks yang berkaitan dengan perilaku tersebut, dan usia siswa.
Permasalahan pertama yang akan muncul dalam seting instruksional tertentu adalah pernyataan dari justifikasi ahli atau justifikasi instruktur merupakan menjadi kriteria bagi justifikasi kinerja siswa. Akan lebih bijaksana dalam memulai menentukan tujuan adalah dengan menghindari justifikasi ahli sebagai kriteria jika hal tersebut tidak membantu anda atau siswa. Jika seuatu situasi dimana justifikasi seorang ahli diperlukan, coba pertimbangkan jenis tujuan apa yang ingin ditemukan yang dapat membantu anda atau siswa. kembangkan daftar checklist jenis perilaku dan perilaku tersebut masuk dalam pernyataan tujuan untuk memastikan pemahaman kriteria secara jelas.
Permasalahan yang kedua adalah kriteria untuk jawaban, hasil (product) atau kategori-kategori tertentu. contoh kategori tersebut meliputi : 1). Form respon yang sesuai seperti struktur respon secara fisik, 2). Fungsi respon yang sesuai seperti berkaitan dengan tujuan tertentu atau respon terhadap perhatian siswa, 3). Kualitas yang sesuai atau aestetik.

C. Proses Penulisan Tujuan
Disamping menentukan tujuan dan seperangkat instruksional yang sesuai dengan analisis konteks, para desainer seharusnya mereview pernyataan tujuan sebelum menetapkan tujuan. Apakah hal ini mencakup deskripsi konteks yang akan digunakan dalam mencapai tujuan ? Jika tidak, langkah pertama adalah mengedit kembali tujuan tersebut dimana tujuan tersebut mencerminkan konteks. Langkah kedua adalah menulis sebuah terminal objective. Terdapat sebuah terminal objective, untuk setiap unit pengajaran yang mempunyai tujuan. Terminal objective mempunyai tiga komponen yang terdapat dalam performance objective, dan kondisi tersebut mencerminkan konteks yang tersedia dalam learning environment. Dengan kata lain, pernyataan tujuan mendeskripsikan konteks dimana siswa akan mengunakan keterampilan baru tersebut, sementara itu terminal objective mendeskripsikan kondisi pencapaian tujuan diakhir pengajaran. Setelah terminal objective ditentukan, para desainer menulis tujuan untuk skill dan subskills yang masuk dalam analisis instruksional. Jika, dalam analisis tujuan, anda telah mempersempit satu step atau lebih kedalam subset, maka pilihan berada diantara satu tujuan dan empat tujuan. Langkah berikutnya adalah menulis tujuan untuk subordinate skill pada diagram analisis instruksional. Hal ini meliputi intellectual skill, verbal information, dan psychomotor skill. Langkah-langkah dalam menulis tujuan adalah sebagai berikut :
1. Edit tujuan untuk merefleksikan performance konteks.
2. Tulis terminal objective yang mencerminkan konteks learning environment.
3. Tulis tujuan untuk setiap langkah dalam analisis tujuan jika tidak terdapat substep.
4. Tulis tujuan untuk setiap substep.
5. Tulis tujuan untuk seluruh subordinate skill.
6. Tulis tujuan untuk entry behaviour jika terdapat siswa yang tidak memiliki kompetensi yang tercakup dalam entry behaviour.

D. Evaluasi Tujuan
Cara yang baik dalam mengevaluasi kejelasan dan fleksibilitas tujuan yang telah ditulis adalah menyusun test items yang akan digunakan untuk mengukur kesempurnaan siswa dalam menyelesaikan tugas. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kejelasan dan fleksibilitas tujuan adalah meminta teman sejawat untuk menyusun test item yang kongruen (sama dan sebangun) dengan perilaku dan kondisi khusus.
Anda juga mengevaluasi kriteria yang telah anda tetapkan secara khusus dalam tujuan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan kriteria dalam mengevaluasi sampel yang ada. Anda menentukan dan mengamati kriteria dimana setiap kriteria dapat diobservasi dalam kondisi tertentu dan range waktu yang tertentu. Penentuan kriteria yang dapat diamati akan lebih mudah pada verbal information dan intellectual skill daripada kriteria psychomotor skill dan attitudinal objective.
Ketika menetapkan tujuan, para pengembang menyadari bahwa pernyataan kriteria akan digunakan untuk mengembangkan penilaian pengajaran. Pengembang seharusnya mengecek ulang kejelasan dan feasibilitas tujuan dengan bertanya, “Dapatkah saya mendesain item atau tugas yang mengindikasikan dimana siswa dapat mengerjakannya dengan sukses apa-apa yang dideskripsikan dalam tujuan ? Jika hal ini sulit dikerjakan okeh siswa maka tujuan sebaiknya dipertimbangkan lagi atau direvisi.

E. Fungsi dari Tujuan Desain Tes
Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa TIK antara lain digunakan untuk menyusun tes, maka TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberi pertunjuk kepada penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat di mengukur perilaku yang ada di dalamnya.
Tujuan desain tes bukan hanya merupakan pernyataan tentang butir-butir tes dan tugas-tugas tapi memiliki berbagai fungsi. Tujuan desain tes memiliki fungsi yang berbeda bagi pendesain, instruktur, dan pebelajar. Bagi pendesain, tujuan desain tes merupakan bagian yang integral dari proses desain. Tujuan desain tes merupakan terjemahkan keahlian-keahlian dalam analisis instruksional ke deskripsi yang lengkap tentang apa yang siswa mampu lakukan setelah menyelesaikan instruksi. Tujuan berfungsi sebagai dokumentasi input bagi pendesain atau spesialis pembuat tes karena mereka mempersiapkan tes dan strategi instruksional. Pendesain perlu memiliki detail sebanyak mungkin untuk melakukan kegiatan ini.
Setelah instruksi disiapkan untuk pemakaian umum, tujuan desain tes digunakan untuk memberitahukan kepada intruktur dan pebelajar tentang apa yang dapat dipelajari dari materi yang tersedia. Untuk mencapai hal itu, kadang-kadang tujuan perlu diperpendek atau disusun ulang sehingga isi dari ide-ide yang ada dapat dipahami oleh pebelajar berdasarkan pengetahuan mereka. Pendesain harus menyadari perubahan penggunaan tujuan dan merefleksikan perubahan tersebut dalam materi yang dibuatnya.
Bagaimanakah perbedaan tujuan yang dimodifikasi ini dengan tujuan yang digunakan oleh pendesain? Pertama, penggunaan tujuan untuk keahlian-keahlian sub-ordinat yang digunakan selama pengembangan materi sangatlah sedikit. Pada umumnya, hanya tujuan mayor saja yang dimasukkan dalam silabus mata kuliah, publikasi, web page, atau modul instruksional. Kedua, kalimat dari tujuan yang muncul dalam materi dimodifikasi. Kondisi dan kriteria seringkali dihapus dengan tujuan untuk memfokuskan perhatian pebelajar pada sikap-sikap yang akan dipelajari. Yang terakhir, siswa lebih memahami tiga sampai lima ujuan daripada suatu daftar panjang yang memuat tujuan-tujuan sub ordinat.




III. KESIMPULAN
Sebelum mulai menulis tujuan Intruksional khusus, maka diperlukan analisis instruksional yang lengkap. Analisis pebelajar dan konteks juga harus dibuat terlebih dahulu. Untuk menciptakan setiap tujuan, kita harus mulai dengan sikap yang dideskripsikan pada pernyataan-pernyataan baik keadaan-keadaan dan kriteria untuk masing-masing keahlian untuk mengubahnya menjadi tujuan Intruksional khusus. Dalam memilih keadaan-keadaan yang sesuai, kita harus mempertimbangkan:
a. Stimuli dan petunjuk-petunjuk yang cocok untuk membantu pebelajar mencari memori mereka tentang informasi yang berkaitan,
b. Karakteristik yang sesuai untuk sumber materi yang diperlukan,
c. Tingkat kesulitan yang sesuai bagi pebelajar.
d. Relevansi konteks yang menunjukkan keahlian.
Untuk tujuan tingkah laku, kita juga perlu mempertimbangkan keadaan-keadaan dimana pembelajar bebas membuat pilihan. Tugas terakhir adalah menyebutkan kriteria yang cocok untuk mendeskripsikan keadaan dan sikap, serta sesuai dengan level perkembangan kelompok pebelajar. Bila hanya ada satu respon yang benar, banyak pendesain menghilangkan kriteria yang ada karena criteria itu sudah jelas, Bila respon pembelajar bervariasi, maka kriteria yang menggambarkan karakteristik respon harus ditambahkan. Menetukan kriteria keahlian dan tingkah laku psikomotor biasanya lebih kompleks, karena beberapa sikap yang dapat diamati umumnya perlu disebutkan. Namun, sikap-sikap ini sangatlah berguna untuk mengembangkan cek-list atau skala penilaian yang dibutuhkan. Banyak jenis kategori kriteria yang dapat dijadikan pertimbangkan oleh pendesain dalam memilih kriteria yang paling cocok untuk respon pebelajar.

DAFTAR PUSTAKA
Dick, W.,& Carey, (1985). The Systematic Design of Instruction. Glenview, Illinois : Scott, Foresman and Company.

0 Responses

Posting Komentar